Rasulullah SAW biasa berziarah ke makam ibundanya, Aminah, dan menangis di makam tersebut.
Menurut mantan Mufti Mesir Syekh Ali Jum’ah, apa yang dilakukan Nabi SAW menunjukkan perintah kenabian kepada umat Muslim untuk tetap berbakti kepada orang tua meski mereka telah meninggal dunia.
“Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita untuk tetap berbakti kepada orang tua walaupun mereka telah wafat. Nabi biasa mengunjungi makam ibundanya dan menangis di makam tersebut,” kata Syekh Jum’ah menjelaskan.
Suatu kali, ketika Nabi Muhammad SAW berada di makam sang ibu, di sekitarnya ada seribu kesatria bertopeng. Di situlah, dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW menangis luar biasa.
Perawi yang mengeluarkan riwayat ini, mengatakan tidak pernah melihat Rasulullah SAW menangis tersedu-sedu lebih dari hari itu.
Dari riwayat itu pula, lanjut Syekh Jum’ah, kalangan Sunni menyebut bahwa orang tua Nabi Muhammad SAW termasuk kalangan yang selamat. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا “… Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS Al-Isra: 15)
Setelah ditinggal wafat oleh Khadijah, Rasulullah SAW juga tetap menghormati para kerabat dan sahabat istrinya itu. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kasih sayang dan bakti Rasulullah kepada Khadijah.
Syekh Jum’ah juga menyampaikan, seseorang bisa saja memberikan sumbangan kepada rumah sakit yang telah merawat ibunya saat sakit yang kemudian meninggal dunia. Sumbangan ini, menurut Syekh Jum’ah, merupakan bentuk kesalehan seorang anak kepada orang tua yang telah meninggal dunia. Ingatlah, bahwa ibu adalah orang yang mengasuh, membesarkan, dan menyirami kita dengan kelembutan.
Artikel asli : republika.co.id