KEMATIAN itu sudah pasti terjadi pada makhluk hidup. Pada era Nabi Sulaiman, ada seorang laki-laki yang berusaha menghindar dari kematian.
Pada suatu hari, malaikat maut Izrail datang menghadap Nabi Sulaiman bin Dawud ‘alaihis salam. Tiba-tiba Izrail menajamkan pandangan dan mengarahkannya kepada seorang lelaki yang duduk bersama beberapa tamu Nabi Sulaiman. Namun tak lama kemudian Izrail pergi.
Laki-laki itu bertanya, “Wahai nabi Allah! Siapa dia?”
“Dia adalah malaikat maut,” jawab Nabi Sulaiman.
Laki-laki itu kembali berkata, “Wahai nabi Allah! Tadi aku melihat dia selalu melirik kepadaku. Aku menjadi sangat takut. Jangan-jangan dia hendak mencabut nyawaku. Selamatkan aku dari cengkeramannya.”
“Bagaimana caranya agar aku bisa menyelamatkanmu?” tanya sang nabi.
“Anda suruh saja angin untuk membawaku ke negeri India. Mungkin saja dengan begitu dia akan kehilangan jejakku. Dan tidak akan bisa menemukanku,” jawab laki-laki itu.
Kemudian Nabi Sulaiman pun memerintahkan angin untuk menghantarkanya sampai ke ujung negeri India dalam waktu sekejap saja.
Saat itu juga angin segera melaksanakan sebagaimana yang diperintahkan oleh sang nabi. Sesampainya di sana, malaikat maut kemudian mencabut nyawa laki-laki itu.
Setelah itu malaikat maut itu kembali menghadap Nabi Sulaiman ‘alaihis salam.
Nabi kemudian bertanya, “Kenapa tadi anda melirik kepada laki-laki itu dengan tatapan yang tajam?”
Malaikat maut menjawab, “Aku merasa sangat heran. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di Negeri India. Namun keberadaannya saat itu sangat jauh dari negeri itu. Hingga akhirnya tiba-tiba ada angin yang membawanya sampai ke negeri itu. Lalu kucabut nyawanya di negeri itu pula, sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah subhanahu wata’ala.”
Kisah Nabi Sulaiman itu ditulis dalam kitab al-Majallis as-Saniyyah karya Syekh Ahmad bin Syekh Hijazi Al Fusyni.
Kisah ini memberi tahu kepada kita bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Setiap manusia tidak bisa menghindar dari takdir kematian. Karena itu sudah ketetapan Allah SWT.
Bagi manusia yang takut akan datangnya kematian, ia mungkin bisa hanya berdiam diri di rumahnya untuk menghindar dari kematian, namun jika telah tiba saatnya ditentukan kematian kepadanya, niscaya Malaikat maut akan mendatangi tempat di mana ia akan mati di tempat tersebut.
Kematian Nabi Sulaiman
Allah memberikan banyak kenikmatan kepada Nabi Sulaiman. Namun, ia tetap seorang yang taat kepada-Nya.
Pada suatu ketika, Nabi Sulaiman sedang memantau para jin bekerja. Ia terus menerus memantau para jin bekerja. Para jin itu tidak berani menoleh ke arah Nabi Sulaiman.
Di saat Nabi Sulaiman sibuk mengawasi para jin bekerja tiba-tiba malaikat maut mencabut nyawa Nabi Sulaiman. Jasadnya Nabi Sulaiman masih berdiri dan disangga oleh tongkatnya. Para jin mengira Raja Sulaiman masih mengawasi mereka. Mereka tidak menyadari bahwa Nabi Sulaiman telah wafat.
Kemudian, Allah memerintahkan rayap untuk memakan tongkatnya. Sebagian dari tongkat Nabi Sulaiman dimakan oleh rayap-rayap selama beberapa hari. Pada saat bagian yang dimakannya semakin banyak, tongkat itu pun menjadi rusak dan patah. Jasad Nabi Sulaiman pun tersungkur dan terhempas ke bumi.
Melihat kejadian itu, para jin menghentikan pekerjaannya. Secepat mungkin mereka berlari. Mereka merasa tersiksa dan hina karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal-hal yang gaib.
Peristiwa meninggalnya Nabi Sulaiman diterangkan dalam Al-Quran Surat Saba’ ayat 14.
ا دَلَّهُمْ عَلَىٰ مَوْتِهِۦٓ إِلَّا دَآبَّةُ ٱلْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُۥ ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ ٱلْجِنُّ أَن لَّوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ ٱلْغَيْبَ مَا لَبِثُوا۟ فِى ٱلْعَذَابِ ٱلْمُهِينِ
“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan”.
Peristiwa kematian Nabi Sulaiman penuh dengan keajaiban. Hal ini menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah.
Baitul Maqdis
Cerita meninggalnya Nabi Sulaiman dalam bentuk tak jauh berbeda tercantum dalam berita yang disebutkan dari Abu Malik, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dari beberapa orang sahabat, Al Sadi menceritakan:
Nabi Sulaiman ‘alaihissalam pernah menyendiri di Baitul Maqdis yang dibangun pada tahun keempat kekuasaannya. Beliau menyendiri selama satu atau dua tahun, satu atau dua bulan, atau kurang lebih selama itu. Beliau membawa masuk makanan dan minumannya. Pada hari pertama, ia tidak bangun pagi melainkan di dalam Baitul Maqdis telah tumbuh sebuah pohon. Lalu beliau mendatangi pohon tersebut dan bertanya, “Siapa namamu?”
“Namaku ini dan ini,” jawab pohon itu.
“Jika ia tumbuh, hanya sebagai tumbuhan ataukah sebagai obat?” tanya Nabi Sulaiman.
Pohon itu berkata, “Aku tumbuh sebagai obat ini dan itu.”
Demikianlah, hingga akhirnya sebatang pohon tersebut tumbuh dan diberi nama Al Kharubah (perusak). Lalu Nabi Sulaiman bertanya, “Siapa namamu?”
“Aku bernama Kharubah,” jawab pohon itu.
“Untuk apa engkau tumbuh?” tanya Nabi Sulaiman.
“Aku tumbuh untuk merusak masjid ini,” papar pohon tersebut.
Nabi Sulaiman pun berkata, “Allah tidak akan merusaknya selama aku masih hidup. Kamu yang pada wajahmu terdapat kebinasaanku dan kerusakan Baitul Maqdis.”
Kemudian Nabi Sulaiman mencabut pohon tersebut dan menanamnya di dinding miliknya. Selanjutnya, Nabi Sulaiman masuk ke dalam mihrab dan berdiri salat seraya bersandar pada tongkatnya dan meninggal dunia tanpa diketahui oleh setan.
Saat itulah setan-setan yang sedang bekerja untuk Nabi Sulaiman karena takut Nabi Sulaiman akan keluar dan memberi hukuman pada mereka, berkumpul di sekeliling mihrab, sedangkan di depan dan belakang Nabi Sulaiman terdapat dinding.
Setan yang ingin mencabut pohon Al Kharubah berkata, “Bukankah akan menjadi kuat jika aku masuk dan keluar dari sisi itu?”
Maka setan itu pun masuk dari sisi tersebut hingga keluar dari sisi yang lain. Setan yang berjalan di mihrab itu tidak melihat maupun mendengar suara Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang berada di dalam mihrab dan setan tersebut malah terbakar. Hingga setan itu kembali berada di Baitul Maqdis dan tidak terbakar lagi, ia lalu melihat Nabi Sulaiman telah jatuh dalam keadaan wafat.
Setan tersebut lalu keluar dan memberitahukan pada orang-orang bahwa Nabi Sulaiman telah meninggal dunia. Mereka pun membuka pintu dan mengeluarkan Nabi Sulaiman, lalu menemukan tongkat yang telah dimakan oleh tanah dan mereka tidak mengetahui sejak kapan Nabi Sulaiman telah meninggal dunia.
Mereka lalu menaruh tanah di atas tongkat tersebut, sehingga tanah itu memakannya siang dan malam hari. Akhirnya, mereka memperkirakan bahwa Nabi Sulaiman telah meninggal dunia sejak satu tahun yang lalu.
Ibnu Mas’ud berkata, “Kemudian mereka mencermati secara bersungguh-sungguh untuknya setelah kematian Sulaiman selama satu tahun penuh sehingga orang-orang pun yakin bahwa jin telah berdusta. Seandainya bangsa jin mengetahui hal ghaib, niscaya mereka mengetahui kematian Sulaiman. Kemudian mereka akan merasakan azab yang menghinakan. Dan itulah makna firman Allah ta’ala,
‘Tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.’ (QS. Saba’ ayat 14).
Ibnu Mas’ud mengemukakan, “Tampak oleh orang-orang secara jelas bahwa jin-jin itu telah berbohong. Kemudian setan-setan itu berkata kepada bumi, ‘Jika kamu memakan makanan, niscaya aku akan datangkan kepadamu makanan yang paling lezat untukmu. Dan jika kamu meminum minuman, niscaya aku akan memberikan minuman yang paling segar kepadamu. Tetapi, kami akan memindahkan air dan tanah kepadamu.’
Asbagh mengatakan, “Aku pernah mendengar juga dari ulama lainnya bahwa binatang-binatang itu tinggal di sana selama satu tahun memakan tongkat Sulaiman hingga akhirnya rapuh dan roboh,”
Hal senada juga diriwayatkan dari beberapa ulama Salaf dan ulama lainnya.
Kisah meninggallkan Nabi Sulaiman ini memberi pelajaran bagi kita bahwa jin, setan, atau iblis tidak mengetahui hal-hal yang gaib. Manusia tidak menyadari bahwa kunci kegaiban berada di tangan Allah. Manusia, jin, setan, iblis, dan seluruh makhluk-makhluk Allah tidak menguasai ilmu gaib. Peristiwa meninggalnya Nabi Sulaiman membuktikan itu.
Ketidakmampuan itu terlihat ketika para jin itu tetap bekerja karena mengira Nabi Sulaiman itu masih hidup. Kalau saja mereka mengetahui Nabi Sulaiman sudah meninggal, mereka akan berhenti bekerja.
Kisah Nabi Sulaiman dapat dibaca di dalam Al-Quran, surah An-Naml ayat 15 sehingga ayat 44
Sumber : sindonews.com