NABI Sulaiman adalah salah seorang Nabiyullah yang saleh dan raja yang mujahid. Allah memberinya kerajaan yang besar. Allah menundukkan manusia, jin, burung, dan angin untuknya.
Barangsiapa membaca paparan Al-Qur’an tentang hidupnya, maka dia mengetahui bahwa Nabi Sulaiman gemar berjihad fi sabilillah, memperhatikan bala tentaranya, cermat meneliti mereka dan perlengkapan mereka.
Dan jika perhatian seseorang tertuju pada terhadap suatu perkara, maka dia akan menghabiskan umurnya dalam rangka meraih sesuatu itu, mengembangkan dan menegakkannya di antara manusia.
Nabi Sulaiman benar-benar menggemari jihad, memperhatikan dan menyiapkan pasukannya. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah,
وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ
“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib dalam barisan.” (QS An-Naml: 17).
Perhatian Sulaiman terhadap kuda menyibukkannya dari perbuatan-perbuatan baik yang bisa jadi lebih afdhal daripadanya,
اِذۡ عُرِضَ عَلَيۡهِ بِالۡعَشِىِّ الصّٰفِنٰتُ الۡجِيَادُ
فَقَالَ اِنِّىۡۤ اَحۡبَبۡتُ حُبَّ الۡخَيۡرِ عَنۡ ذِكۡرِ رَبِّىۡۚ حَتّٰى تَوَارَتۡ بِالۡحِجَابِ
“Ingatlah ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore, maka dia berkata, ‘Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai matahari terbenam.” (QS Shad: 31-32).
Lihatlah bagaimana Nabi Sulaiman hendak meminta tanggung jawab salah satu bala tentaranya manakala dia melihat burung hud-hud tidak hadir. “Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata,
وَتَفَقَّدَ الطَّيۡرَ فَقَالَ مَا لِىَ لَاۤ اَرَى الۡهُدۡهُدَ ۖ اَمۡ كَانَ مِنَ الۡغَآٮِٕبِيۡنَ
لَاُعَذِّبَـنَّهٗ عَذَابًا شَدِيۡدًا اَوۡ لَا۟اَذۡبَحَنَّهٗۤ اَوۡ لَيَاۡتِيَنِّىۡ بِسُلۡطٰنٍ مُّبِيۡنٍ
‘Mengapa aku tidak melihat hudhud? Apakah dia termasuk yang tidak hadir? Sungguh, aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.” (QS An-Naml: 20-21)
Kegemaran Nabi Sulaiman terhadap jihad, menyiapkan peperangan dan menumbuhkan generasi yang gemar berperang dipaparkan oleh Rasulullah kepada kita, bahwa dia bersumpah untuk menggauli dalam satu malamnya sembilan puluh sembilan istrinya dengan harapan satu orang istri melahirkan seorang prajurit yang berperang di jalan Allah.
“Demi Allah, malam ini aku akan berkeliling kepada seratus wanita, setiap wanita melahirkan seorang anak laki-laki yang berperang di jalan Allah,” ujar Nabi Sulaiman.
Soal jumlah istri Nabi Sulaiman, riwayat yang lain menyebut, tujuh puluh orang. Dalam riwayat lain, sembilan puluh, dan dalam riwayat keempat seratus.
Hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih masing-masing dari Abu Hurairah menyebut tujuh puluh istri.
“Katakanlah, ‘insya Allah’,” tegur Malaikat mengingatkan Nabi Sulaiman.
Baca juga: Tiga Amalan untuk Mendatangkan Kecintaan Allah Ta’ala
Tetapi Nabi Sulaiman tidak mengatakan “insya Allah”. Dia lupa. Dia berkeliling, tapi tidak ada istri yang melahirkan kecuali seorang istri yang melahirkan setengah manusia.”
Harapan Nabi Sulaiman ini kandas. Istri Nabi Sulaiman yang melahirkan cuma seorang saja. Itupun “melahirkan bayi yang jatuh salah satu sisinya.” Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah menerjemahkan setengah bayi.
Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya Sulaiman berkata ’insya Allah’ niscaya dia tidak mengingkari sumpahnya dan keinginannya lebih mungkin untuk tercapai.”
Baca juga: Ridha Dengan Bala untuk Meraih Cinta Allah Ta’ala
Kisah ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, bab firman Allah Taala, “Dan Kami berikan Sulaiman kepada Dawud” (QS. Shad: 30). Dalam Kitabul Jihad, bab mencari anak untuk jihad, 6/34, no. 2819; dalam Kitabun Nikah, bab ucapan seorang suami, ‘Aku akan berkeliling kepada istri-istriku’ (9/239 no. 5242) Dalam Kitabul Aiman wan Nudzur, Bab Bagaimana Sumpah Nabi, 11/524, no. 6639.
Selain itu juga dalam Kitab Kaffaratul Aiman, Bab Pengecualian dalam Sumpah, 11/602. Dalam Kitabut Tauhid, Bab Keinginan dan Kehendak, 13/446, no. 7469.
Setengah manusia yang dilahirkan oleh salah seorang istri Sulaiman bisa jadi yang dimaksud dengan firmanNya,
وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَىٰ كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ