Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin, Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) diceritakan kisah bumi yang merasa bangga kepada langit. Kisah ini berkaitan dengan peristiwaIsra’ dan Mikraj Nabi Muhammad shallalalhu ‘alaihi wa sallam (SAW).
Dikisahkan bahwa bumi berkata kepada langit: “Wahai langit, aku lebih baik darimu karena Allah menghiasku dengan berbagai negara, beberapa laut, sungai-sungai, tanam-anaman, beberapa gunung dan lain-lain”. Langit pun berkata: “Hai bumi, aku juga lebih elok dari kamu karena matahari, bulan, bintang-bintang, beberapa falah, buruj, ‘Arasy, Kursi dan surga ada padaku”.
Bumi tak mau kalahseraya berkata: “Hai langit, di tempatku ada rumah yang dikunjungi dan tempat bertawaf para Nabi, para utusan dan arwah para wali dan kaum shalihin (orang-orang saleh)”.
Bumi berkata lagi: “Hai langit, sesungguhnya pemimpin para Nabi dan Rasul bahkan kekasih Allah dan seutama-utamanya wujud dan manusia paling sempurna tinggal di tempatku. Dan dia menjalankan syariatnya juga di tempatku”.
Mendengar itu langit tidak dapat berkata apa-apa. Langit mendiamkan diri dan kemudian mengadap Allah Ta’ala dan berkata: “Ya Allah, Engkau telah mengabulkan permintaan orang yang tertimpa bahaya, apabila mereka berdoa kepada Engkau. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan bumi. Karena itu aku meminta kepada-Mu supaya Nabi Muhammad SAW Engkau naikkan ke padaku (langit) sehingga aku menjadi mulia dengan kebagusannya dan berbangga atasnya”.
Kemudian Allah Ta’ala mengabulkan permintaan langit. Allah memberi wahyu kepada Malaikat Jibril ‘alaihissalam pada malam tanggal 27 Rajab. “Janganlah engkau (Jibril) bertasbih pada malam ini dan engkau Izrail jangan mencabut nyawa pada malam ini”.
Jibril bertanya: “Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?”
Allah Ta’ala berfirman: “Tidak, wahai Jibril. Tetapi pergilah engkau ke Surga dan ambillah Buraq dan kemudian temui Nabi Muhammad SAW dengan Buraq itu”. Kemudian Jibril pergi dan dia melihat 40.000 Buraq sedang bersenang-senang di taman Surga dan di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad.
Di antara 40.000 Buraq itu, Jibril melihat seekor Buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya. Jibril menghampiri Buraq itu lalu bertanya: “Mengapa engkau menangis ya Buraq?”
Buraq itu berkata: “Ya Jibril, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun. Maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mau makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan”.
Jibril berkata: “Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu”. Kemudian Jibril memakaikan pelana dan kekang kepada Buraq itu dan membawanya kepada Nabi Muhammad SAW. Buraq yang diceritakan inilah yang membawa Rasulullah SAW dalam perjalanan Isra’ dan Mikraj. Masya Allah Tabarakallah.
Wallahu A’lam