Nisfu Sya’ban merupakan satu di antara banyak malam dengan penuh keistimewaan dan keberkahan. Pada saat malam itu tiba, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak beribadah dan berdo’a kepada Allah Swt.
Tahun 2020 M atau 1441 H, malam Nisfu Sya’ban jatuh pada hari Rabu 8 April 2020. Karena termasuk malam yang istimewa, siapa yang berdoa dan memohon ampun di malam ini akan diampuni segala dosanya, begitu juga bagi siapa saja yang memperbanyak ibadah di malam ini juga akan dilipat gandakan pahalanya.
Dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, Imam al-Ghazali menjabarkan sebuah kisah yang menjelaskan begitu istimewanya malam Nisfu Sya’ban, sehingga Nabi Isa As pun dikabarkan ingin menjadi bagian dari orang yang bisa meraih pahala di malam Nisfu Sya’ban.
Ceritanya begini. Satu waktu, Nabi Isa alaihissalam berjalan ke suatu gunung. Dalam perjalanan itu, beliau lalu melihat sebuah pemandangan berupa batu yang sangat tinggi dan berukuran besar. Nabi Isa As kemudian mendatangi tempat tersebut.
Sesampainya di sana, beliau mendapati warna batu yang begitu putih, bahkan warna putihnya melebihi warna susu. Akibat terpesona akan keindahannya, beliau lalu mengelilingi batu tersebut.
Sementara itu, menurut keterangan Shihabudin Ahmad Ibn Salamah al-Qulyubi dalam kitabnya an-Nawadir, di waktu itu Allah Swt juga menurunkan wahyu kepadanya, “wahai Isa, apakah engkau ingin tau tentang sesuatu yang lebih mengagumkan dari ini?”
“Tentu saja, Ya Rabb,” jawab Nabi Isa As.
Lalu, puncak batu tersebut seketika terbelah menjadi dua, dan di dalamnya terdapat orang yang sudah tua memakai baju berbahan bulu dan berwarna putih, serta di tangannya terdapat sebuah tongkat hijau.
Di depan laki-laki tersebut, terdapat juga banyak makanan dan buah-buahan seperti anggur, air susu, madu dan lain sebagainya. Terang saja, Nabi Isa As yang melihat pemandangan tersebut menjadi sangat takjub.
Beliau kemudian bertanya, “wahai orang tua, apa yang sedang aku lihat ini?”
“Ini adalah rizki bagiku setiap hari,” jawab orang tua itu.
Nabi Isa As kemudian bertanya kembali, “sudah berapa lama engkau beribadah kepada Allah Swt dalam batu ini?”
“Aku telah beribadah kepada Allah Swt selama 400 tahun,” terang orang tua tersebut.
“Selama aku berada di dalam batu ini,” sambung orang tua itu, “jika aku lapar dan ingin makan ini itu, maka makanan tersebut selalu ada untukku. Ketika hatiku tergerak mempunyai keinginan, maka tiba-tiba sudah ada di hadapanku. Tetapi itu sekedar ketika aku lapar saja dan berhenti makan sebelum kenyang, supaya laparku hilang.”
“Batu ini juga terbilang sangat luas, bahkan luasnya melebihi bumi. Di lihat dari luar memang tampak sebuah batu, namun di dalamnya lebih luas dari bumi. Sungguh ini adalah nikmat yang luar biasa sekaligus anugerah luar biasa dari Allah kepada hamba-Nya,” tambah orang tua tersebut penuh getaran.
Nabi Isa As. kemudian bertanya kepada Allah Swt, “wahai Tuhanku, apakah ada makhluk yang lebih mulia dari orang ini?”
Allah Swt kemudian berfirman, “umat Muhammad Saw yang bertemu dengan bulan Sya’ban, kemudian ia melakukan shalat di malam Nisfu Sya’ban, beribadah kepada-Ku dan baca amalan Nisfu Sya’ban, maka pahalanya lebih besar dari ibadah hamba-Ku ini selama 400 tahun.”
Sejurus kemudian Nabi Isa As berdoa, “mudah-mudahan aku termasuk menjadi golongan umat Muhammad Saw.”
Demikianlah, kemuliaan malam Nishfu Sya’ban yang sekaligus menjadi petanda akan datangnya bulan mulia dan penuh keberkahan lainnya, yaitu bulan Ramadhan. Di malam ini juga, umat Islam dianjurkan untu membaca Surah Yasin tiga kali, serta memperbanyak ibadah dan berdo’a kepada Allah Swt, dengan, salah satunya, melaksanakan shalat malam dan berbagai amalan lainnya. Selain itu, di pagi harinya juga dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah.
Di sisi lain, Nishfu Sya’ban juga diyakini sebagai malam perdamaian dalam menyambut hadirnya Ramadhan, sehingga ketika memasuki bulan Ramadhan, dosa-dosa yang ada dalam diri manusia sudah diampuni oleh Allah Swt karena menghidupkan malam Nishfu Sya’ban.
Mengingat betapa berharganya momentum malam Nisfu Sya’ban ini, mari kita sama-sama berdoa semoga alam dan kehidupan ini kembali menjadi penuh dengan kedamaian dan ketenangan. Dengan begitu, di bulan suci Ramadhan nanti, kita semua bisa melaksanakan semua ibadah dengan penuh kekhusyu’an dan menjumpai hari kemenangan yaitu Idul Fitri dengan penuh kebahagiaan.
Sumber : islami.co