Dalam ilmu tauhid, orang yang masuk surga tidak boleh berkeyakinan bahwa yang menyebabkan dirinya masuk surga adalah amal perbuatan waktu di dunia.
Sebaik apapun amal seorang hamba di dunia, tidak boleh dijadikan dalil ia masuk surga. Dia masuk surga karena mendapatkan fadl dari Allah Swt.
Begitu juga orang yang masuk neraka, ia tidak boleh menyalahkan Allah SWT. Dia tidak boleh beranggapan bahwa Allah SWT. telah mendholiminya.
Ia masuk neraka kerena keadilan (‘adl) dari Allah SWT. Yang baik ditempatkan pada yang baik dan yang buruk dikumpulkan pada yang buruk.
Syekh Ahmad Bin Sayyid Abdurrahman An-Nahrawi mengatakan dalam kitabnya:
“Pahala yang diberikan oleh Allah Swt. kepada orang yang taat adalah sebagai bentuk keutamaan dari-Nya dan siksaan untuk orang yang maksiat adalah bentuk keadilan dari Allah. Karena perbuatan taat sama sekali tidak bermanfaat pada-Nya dan perbuatan maksiat tidak berefek negatif pada-Nya.”
Allah Swt. berfirman:
“Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).” (Qs. Fussilat[41] :46)
Orang yang dikehendaki masuk surga maka ia akan kekal di surga. Begitu juga orang yang masuk neraka, ia abadi di dalamnya. Jika ditanya, mau surga apa neraka, pasti jawabannya surga.
Tidak mungkin ada yang mau di neraka. Hanya saja kebanyakan keinginannya surga, tapi kelakuannya menggambarkan neraka. Naudzubillah.