Allah dan Nabi Muhammad sangat mencintai pekerja
Bahkan meski para pekerja atau buruh tak mampu menunaikan shalat jamaah ataupun mengaji, Allah dan Rasulullah tetap mencintai mereka. Mengapa? Berikut adalah kisah yang diriwayatkan dalam hadist tentang pekerja.
Pada video pengajian yang diunggah channel Santri Gayeng, KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengisahkan betapa Allah dan Nabi Muhammad mencintai para pekerja, sekalipun mereka tidak mampu shalat jamaah dikarenakan pekerjaannya.
Gus Baha menceritakan sebuah riwayat hadis, bahwa suatu saat Rasulullah SAW sedang mengajar sahabat-sahabatnya di teras masjid.
Kemudian di tengah pengajian tersebut, ada seorang pemuda dengan santainya melewati jamaah pengajian. Pemuda tersebut terlihat sedang memikul cangkul, menunjukkan bahwa dia akan bekerja.
Rasulullah Mencintai Pekerja
Lalu, salah satu sahabat langsung naik darah dan mengomentari pemuda tersebut:
“Sial betul pemuda itu! ada Rasulullah sedang memberi pengajian, dia lewat saja! Bukannya berhenti dan ikut ngaji malah jalan saja. Celakalah dia!”
Lantas, Rasulullah SAW langsung menanggapi komentar itu,
“Jangan kamu berkomentar seperti itu! Dia itu bekerja bisa saja supaya tidak meminta-minta. Itu adalah sunnahku.”
Dalam riwayat lainnya, Rasulullah SAW memang pernah menyebut bahwa orang yang bekerja lebih baik dibandingkan orang yang meminta-minta kepada orang lain. Sebagaimana bunyi hadist berikut ini:
“Sungguh, demi Dzat yang menguasai diriku, seseorang yang menggunakan seutas tali, mencari kayu bakar, dan mengikatkan ke punggungnya, (lalu menjualnya ke pasar) adalah lebih baik baginya daripada harus meminta-minta kepada orang lain, yang kadang diberi dan terkadang ditolak” (Bukhari, Hadis 1470).
Allah SWT Mencintai Pekerja
Kemudian Rasulullah melanjutkan, “Atau dia bekerja untuk keluarganya, untuk ibunya. Itu juga sunnahku. Dan Allah mencintai orang mukmin yang bekerja.”
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ fa iżā
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumu’ah Ayat 10)
Dari dalil tersebut kita bisa mengambil hikmah, bahwa Nabi Muhammad SAW justru memperbolehkan si pemuda yang tidak ikut mengaji tersebut karena sebab bekerja.
Sejak saat itu, sahabat tidak lagi mudah mencemooh orang yang tak ikut mengaji, apalagi jika alasan mereka adalah untuk bekerja.
Riwayat ini sekaligus menjadi pengingat bagi para kiai atau pemuka agama, supaya tidak terlalu cepat bersikaap reaktif saat mengetahui jamaahnya tidak ikut mengaji karena pekerjaan.
Gus Baha pun sempat melontarkan guyonan, “Saya ini Kiai yang sukses. Sebab yang mengaji ya saya puji, yang tidak mengaji juga saya puji.”
Orang yang Bekerja sedang Terapkan Ilmu
Kok bisa? Gus Baha melanjutkan, pada dasarnya orang yang datang ke pengajian adalah orang yang baru ingin belajar. Sementara orang yang tidak ikut mengaji karena bekerja, sebenarnya sedang menerapkan ilmu yang telah diperolehnya.