JARAK antara Nabi Adam dan Nabi Nuh adalah sepuluh kurun, dan mereka semua berada dalam naungan Islam. Maksud dari kurun tersebut adalah generasi atau masa. “Namun, setelah kurun waktu yang baik tersebut berlalu terjadi sesuatu yang membuat masyarakat berpaling dari ajaran kebenaran dan menyembah berhala,” ujar Ibnu Katsir dalam kitabnya berjudul Qashash Al-Anbiya.
Menurut Ibnu Katsir, penyebab terjadinya hal itu adalah seperti diriwayatkan oleh Bukhari, dari Ibnu Juraih, dari Atha, dari Ibnu Abbas RA, ketika menafsirkan firman Allah, “Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaguts, Ya’ug dan Nasr.”
Nama-nama tuhan itu sebenarnya berasal dari nama orang-orang yang saleh pada zamannya, namun setelah mereka meninggal dunia setan membisikkan kepada kaum mereka untuk membuat patung-patung di majelis tempat mereka beribadah dan dinamai dengan nama-nama mereka untuk mengingatkan kaum tersebut atas kesalehan mereka.
“Lalu mereka pun membuatnya, meski ketika itu mereka membuatnya bukan untuk disembah. Namun pada akhirnya para pembuat patung itu juga meninggal dunia, masa mereka pun berlalu, dan ilmu tauhid telah berangsur punah, maka patung-patung itu akhirnya dijadikan sesembahan oleh orang orang yang hidup setelah mereka,” tutur Ibnu Katsir.
Ibnu Abbas mengatakan, “Berhala-berhala yang disembah oleh kaum Nuh itu juga menjadi sesembahan kaum Arab setelah itu.”
Begitulah riwayat yang disampaikan oleh Ikrimah, Adh Dhahhak, Qatadah, dan Muhammad bin Ishaq.
Dalam kitab tafsirnya Ibnu Jarir meriwayatkan, dari Ibnu Humaid, dari Mihran, dari Sufyan, dari Musa, dari Muhammad bin Qais, ia berkata,“Dahulu mereka (yang dijadikan berhala berhala itu) adalah orang orang saleh yang hidup antara Adam dan Nuh, mereka memiliki pengikut yang setia dan taat. Namun ketika orang-orang saleh itu meninggal dunia, para sahabat yang selalu setia mengikuti mereka berpikir, kalau kita buatkan patung untuk mengingat kesalehan mereka maka tentu akan lebih memberi semangat kepada kita untuk beribadah. Maka mereka pun membuat patung orang orang saleh itu. Namun setelah para sahabat yang setia itu juga meninggal dunia dan datang generasi baru yang menggantikan mereka, maka iblis pun membisiki, dahulu patung-atung itu disembah oleh nenek moyang kamu untuk meminta hujan. Maka patung-patung itu pun akhirnya disembah sembah.”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, dari Urwah bin Zubair, ia berkata, “Wadd, Suwa’, Yaquts, Ya’uq, dan Nasr adalah anak anak Adam, dan Wadd adalah yang paling tua dan yang paling berbakti kepada Adam di antara mereka semua.”
Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan, dari Ahmad bin Manshur, dari Hasan bin Musa, dari Ya’qub, dari Abu Al Mutahhar, ia berkata, “Ketika Abu Ja’far (yakni Al Baqir) sedang melakukan salat, ada beberapa orang yang menyebut nama Yazid bin Muhallab. Lalu setelah Abu Ja’far menyelesaikan salatnya, ia berkata, “Apakah kalian membicarakan Yazid bin Muhallab? Ketahuilah bahwa orang itu dibunuh di sebuah tempat yang menjadi tempat pertama kalinya sesuatu disembah selain Allah.”