Lantas, mana mungkin orang Yahudi disebut beriman kepada Allah sedangkan sepanjang surat Al-Baqarah ditemukan bahwa ada kutukan Allah kepada Yahudi. Tidak mungkin ada orang yang memeluk Yahudi sambil beriman kepada Allah. Sebab makna iman itu bukan sekedar percaya adanya Allah.
Kalau hanya sekedar percaya adanya Allah, Abu Jahal cs pun juga percaya bahwa Allah itu ada. Makna beriman kepada Allah adalah mentaatinya, mengikuti petunjuk nabi-Nya, Muhammad SAW serta melaksanakan semua perintah-Nya di dalam kitab suci Alquran. Hal sama juga berlaku buat agama lainnya, baik Nasrani, Majusi, Musyrikin atau Shabiiin.
“Jadi makna ayat itu adalah meski dulunya Yahudi, tetapi bila kemudian masuk Islam, maka akan masuk surga. Begitu juga meski dulunya Nasrani atau Shabiiin, kemudian masuk Islam, maka mereka bisa masuk surga,” terang Ustaz Ahmad.
“Ayat ini sama sekali tidak ingin mengatakan bahwa Yahudi, Nasrani dan Shabiin itu akan masuk surga. Sama sekali bukan dan jauh sekali dari intisari dakwah Rasulullah SAW. Kalau memang mereka bisa selamat dan masuk surga dalam agama lamanya, buat apa Nabi SAW meminta Kaisar Heraclius, Kisra dan penguasa dunia saat itu untuk masuk Islam?” kata Ustaz Ahmad menjelaskan kembali.
Artikel asli : republika.co.id