Cinta adalah Penyakit, Obatnya adalah Menikah

  • Share

Raja pun mengiyakan permintaan tabib dengan sepenuh hati. Raja kemudian mencari orang pandai besi itu dengan menawari sejumlah uang dan tanah di negeri sang raja. Tergiur durian runtuh, orang pandai besi itupun langsung meninggalkan keluarga, rumah dan pekerjaannya untuk pindah ke kota yang baru.

Dengan restu sang raja, pandai besi yang gagah itu kemudian dinikahkan dengan budak perempuan tersebut. Mereka kemudian tinggal bersama di istana raja. Selama enam bulan menempuh hidup baru bersama, sang budak perempuan pelan-pelan sembuh dari sakitnya. Dan pada saat yang sama, sang raja menyuruh tabib agar membuat ramuan obat lain untuk diminum oleh sang pandai besi setiap hari. Obat itu supaya orang pandai besi tersebut pucat, dan lemah hingga menjadi buruk rupa dan membuat sang istri tidak mencintainya lagi.

Akhirnya, suatu hari orang pandai besi itu jatuh sakit sampai tidak pernah bangun dari tempat tidurnya, dan akhirnya meninggal. Sementara budak perempuan itu terbebas dari belenggu cinta dan penyakit yang telah membuat hidupnya susah dan menderita kesakitan yang begitu panjang.

Cinta apapun yang tumbuh karena kecantikan fisik lahiriah bukanlah cinta sejati, karena hal tersebut tak lain kehinaan saja. Karena cinta duniawi hanya bersifat sementara. Sedangkan dalam diri manusia, Ruh dan cinta sebagai pengawalnya turun dari alam yang lebih tinggi untuk membawa hati menuju kesatuan.

Cinta adalah penyakit dan obatnya adalah menikah. Karena cinta bukan penyakit tubuh, sehingga seorang dokter tidak akan bisa mendiagnosis hal tersebut. Namun para kekasih Allah bisa melihat hal yang tak kasat mata manusia.

Cinta kepada seseorang juga bisa menjadikan manusia semakin dekat dengan pencipta-Nya. Karena puncak dari cinta dan harapan yang terbaik adalah mendekat kepada yang Maha Kuasa, sedangkan manusia hanyalah sebagai perantara. Jika hadirnya cinta seseorang atau cintamu pada seseorang bisa membuatmu semakin dekat dengan Tuhan, maka cinta tersebut layak untuk dipertahankan dan diperjuangkan.

Sebaliknya, jika hadirmu dalam diri seseorang hanya untuk singgah dan memanfaatkannya, tidak untuk sungguh cinta dan menetap di hatinya, dan hal tersebut bisa membuat diri seseorang kesakitan luar biasa, maka hal tersebut adalah sebuah kehinaan. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam memberikan perhatian dan hati pada seseorang. Karena separuh dari cinta adalah perhatian dan separuhnya lagi adalah memuliakan.

Muliakanlah cintamu dengan tidak menyakiti orang yang menyayangimu, apalagi jika dia berubah menjadi baik karena kehadiranmu. Karena hal tersebut bisa menjadi sebuah amal baik sepanjang hidup.

Artikel asli : islami.co

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *