Penjelasan mengenai Qorun, Firaun adalah sosok yang disebutkan dalam Al-Qur’an, dan kisahnya sudah terjadi. Sementara kemunculan Dajjal itu belum terjadi. Karena itu, tidak disebutkan dalam Al-Qur’an.
Pertanyaan berikutnya, apa Dajjal itu sosok makhluk hidup ataukah hanya kiasan atau simbol mengenai kerusakan di muka bumi, karena hadis-hadis mengenai Dajjal menggambarkan tentang kerusakan? Imam al-Nawawi dalam Syarah al-Nawawi ‘ala Shahih Muslim mengutip pendapat Qadhi ‘Iyadh sebagaimana berikut:
قَالَ الْقَاضِي هَذِهِ الْأَحَادِيثُ الَّتِي ذَكَرَهَا مُسْلِمٌ وَغَيْرُهُ فِي قِصَّةِ الدَّجَّالِ حُجَّةٌ لِمَذْهَبِ أَهْلِ الْحَقِّ فِي صِحَّةِ وُجُودِهِ وَأَنَّهُ شَخْصٌ بِعَيْنِهِ ابْتَلَى اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ
“Qadhi ‘Iyadh berpendapat bahwa hadis-hadis yang Imam Muslim dan ahli hadis lainnya sebutkan mengenai kisah Dajjal itu hujah bagi mazhab ahli haq mengenai kesahihan kemunculan Dajjal. Dajjal pula merupakan sosok makhluk yang nyata yang mana Allah menguji hamba-Nya melalui Dajjal.”
Namun demikian, ada ulama yang berpendapat bahwa Dajjal adalah bukan sosok makhluk. Akan tetapi ia merupakan kiasan akan terjadinya kehancuran muka bumi dengan banyak kerusakan akibat perbuatan manusia. Pendapat ini di antaranya disuarakan oleh Muhammad Abduh.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai sosok Dajjal tersebut, sebenarnya ada ujian yang lebih besar dari Dajjal yang lebih ditakuti Rasulullah pada umatnya. Rasulullah lebih mengkhawatirkan umatnya terjangkit penyakit hati, seperti riya, ujub, sombong, dan lain sebagainya, daripada fitnah Dajjal.
Diriwayatkan dari Rabih bin Abdurrahman bin Abi Sa’id al-Khudri, dari Ayahnya, dari kakeknya berkata: “Rasulullah menemui kami yang sedang membahas tentang al-Masih Dajjal, lantas beliau menimpali: “Saya akan memberikan kabar kepada kalian tentang hal yang menakutkan daripada fitnah al-Masih Dajjal. Kemudian kami menjawab: “Apa itu, Rasul?” Lalu Rasulullah menjelaskan: “Syirik yang samar (riya’ atau pamer) yaitu ketika seseorang shalat kemudian memperindah shalatnya karena sedang dilihat oleh orang lain” (HR Ibnu Majah)
Sumber : islami.co