Gus Baha Jelaskan Hukum Berkurban untuk Orangtua yang Meninggal

  • Share

Anak itu terus tanya kepada saya, “Gus, bapakku aku qodhoi tidak?” Bapak anak ini tidak shalat, meng-qodhoi ya tidak kuat kan?

Beda misalnya dengan kita punya bapak orang yang sholeh. Koma dua hari kan kita hanya meng-qodho’ dua hari. Lah ini orang tidak shalat dari kecil sampai tua sampai mati, anaknya sholeh kan tersiksa.

“Sholatnya saya qodhoi tidak?” “Lah bapakmu sholat tidak?”

“Mboten (tidak).”

“Wah ya capek kamu.”

Sudah capek dan orang ini (si bapak) tidak berkeinginan shalat. Lah ini yang kadang orang salah kaprah, “Bisa tidak amal sampai kepada mayit?”

Sebenarnya di dunia ulama perdebatannya tidak pada masalah sampai tidaknya, tapi mayitnya ini siapa?

Mayit ini sholeh ya jelas, karena sabda Nabi jelas:

مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا الى يوم القيمة

“Orang baik kemudian mengajarkan kebaikan pasti dia dapat investasi kebaikan tersebut. Dan siapapun yang meniru dia, dia dapat sahamnya.”

Itu tidak ada perbedaan antara NU, Muhammadiyah, dan Wahabi, semuanya sama. Yang debat itu yang tidak paham. Saya jamin. Hehehe.. Haditsnya shahih.

Siapa yang mensyariatkan kebaikan, maka kebaikan itu ditiru oleh orang setelahnya maka ia dapat kebaikan itu dan kebaikan orang yang meniru itu. Itu kan hadis shahih tidak ada perdebatan sama sekali.

Baca Juga: Gus Baha Jelaskan Risiko Patungan Kurban Sapi untuk 7 Orang

Berikut Ceramah Gus Baha bersumber dari Channel Sirah Ulama tahun lalu:

(rhs)
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *