Banyak muslim yang berlomba-lomba mencari malam Lailatul Qadar. Musababnya, malam Lailatul Qadar mengandung banyak kemuliaan. Di malam mulia itu pintu ampunan dibuka dan pahala dilipatgandakan.
Untuk mendapatkan Lailatul Qadar cukup dengan melakukan amalan-amalan baik, seperti sholat malam, membaca Alquran, berdoa dan berzdikir kepada Allah.
Kiai Ahmad Bahauddin atau yang akrab disapa Gus Baha mengatakan, lailatul qadar adalah malam turunnya Alquran (nuzulul Quran), yaitu pada tanggal 17 Ramadhan. Jadi kalau itu memang disepakati ulama, berarti lailatul qadar sudah lewat.
“Namun keyakinan saya, yang penting dicari, yakin dapat saja. Bagaimanapun menurut Nabi, kita disuruh mencari Lailatul Qadar di 10 akhir Ramadhan, tapi ada juga ulama yang menduga 10+10, berarti mulai tanggal 11, tapi yang penting yakin,” ujar Gus Baha dalam tayangan Youtube, berjudul ‘Begini Cara Gus Baha Mencari Malam Lailatul Qadar’.
Menurut Gus Baha, yang penting dicari dulu Lailatul Qadar dan yakin dapat. “Karena saya punya kitab, dan kitab itu kredibel, kitab orang dulu, kitab hadist.”
Gus Baha menjelaskan, Nabi Muhammad pernah bercerita, Nabi Nuh umurnya 1.000 tahun kurang 50 tahun, berarti 950 tahun. Sementara Nabi Ibrahim umurnya juga ratusan tahun. Lalu Nabi Muhammad SAW merasa resah, “Lho kalau umatku umurnya pendek terus gimana?”
Kemudian Allah SWT menjawab keresahan Nabi Muhammad dengan memberi bonus Lailatul Qadar, yang nilainya sama dengan ibadah 1.000 tahun.
Rata-rata umat Nabi Muhammad umurnya 83 tahun 4 bulan. Artinya kalau melihat riwayat itu, berarti otomatis umat Nabi Muhammad kalau pas Ramadhan sikapnya benar dapat lailatul qadar. “Artinya sholat menghadap kiblat seperti pada umumnya, terus tidak melakukan maksiat, menurut saya mendapat Lailatul Qadar. Memang keresahannya Nabi Muhammad yang dijawab oleh Allah. Meski umurnya pendek, umat Nabi Muhammad diberi hadiah ibadah Lailatul Qadar.”
Gus Baha sendiri memilih mencari malam lailatul qadar pada tanggal 17 Ramadhan dengan ibadah dan berdoa di mushola. Tidak seperti mayoritas umat muslim yang giat beribadah di malam-malam ganjil 10 hari terakhir Ramadhan untuk mendapatkan lailatul qadar.
“Di desa saya, yang pergi ke mushola pada malam tanggal 17 Ramadhan itu saya sendiri. Sementara orang-orang ke mushola pada malam 21, 23 Ramadhan, jadi saya minoritas,” ujar Gus Baha.
Kalau ditanya orang, “Sudah ibadah, Gus?” Ia menjawab, “Sudah lewat, karena saya minoritas. Tapi saya menjawab, sisanya (Lailatul Qadar) masih punyamu, saya bilang gitu.”
Menurut Gus Baha, untuk menghargai hadist dan Alquran sebaiknya di tengah-tengah saja. Di Alquran itu ada Lailatul Qadar tanpa tanggal yaitu di ayat yang berbunyi, “Syahru ramadhaanalladzi unzila fiihil Quran.” (QS Al Baqarah: 185)
Ayat tersebut menunjukkan semua Ramadhan. Makanya ada ulama yang menganggap mulai tanggal 1 Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar. Nabi Muhammad bersabda, carilah sungguh-sungguh di tanggal 10 akhir.
“Berarti ada yang mencari tak sunguh-sungguh, tapi mulainya pertama (1 Ramadhan). Namun kalau kamu mencari sungguh-sungguh mulai tangal 21 Ramadhan. Berarti itu dihitung permulaan. Berarti dihitung belum sungguh-sungguh, saya ulangi ya, yang dimaksud sungguh-sungguh itu klimaks,” terang Gus Baha.
Klimaks itu mulainya tanggal 1 Ramadhan. Kalau kamu mulai mencari sungguh-sungguhnya baru mulai tanggal 21 Ramadhan, maka malaikat bertanya, “Lho kok baru mencari sekarang?”
Makanya si pencari Lailatul Qadar itu dianggap pemula. Oleh karena itu dia tidak dapat. Sebab yang lain sudah mulai sejak 1 Ramadhan, dan sudah waktunya dapat Lailatul Qadar, sementara ada yang baru mulai mencari di malam-malam ganjil 10 hari akhir Ramadhan.
“Saya itu sudah mulai mencari sejak tanggal 1, saya baca kitab Arbain Nawawi khatam, baca Alquran juga khatam. Kemarin tanggal 17 sudah saya doain, jadi potensi saya dapat Lailatul Qadar lebih tinggi,” kata Gus Baha.
“Kalau kamu baru mulai tadi (malam 21 Ramadhan), berarti tak sungguh-sungguh karena baru mulai. Jadi diumumkan tanggal 1 Ramadhan, kamu tidur. Pas tanggal 20 baru sungguh-sungguh, jadi ibarat balapan kamu sudah kalah banyak,” tambah Gus Baha.
Namun, lanjut Gus Baha, ia yakin rahmat Allah itu sangat luas, maka ia berharap selama masih umat Nabi, yang tidak maksiat akan mendapat Lailatul Qadar. “Pokoknya saleh-saleh biasa begini, saleh kelas ringan, yang penting tidak maksiat, mereka tetap mendapat Lailatul Qadar. Karena sabda Nabi, tidurnya orang puasa saja ibadah,” kata Gus Baha.
Sumber : okezone.com