“Jadi tertawa kencang itu juga ibadah. Alhamdulillah itu mudah,” kata Gus Baha.
Beliau pun meminta untuk tidak usah berkecil hati, karena memang ma qaddarahullah.
Gus Baha meminta “fiqih senang” ini difiqihkan secara permanen.
“Sudahlah, percaya saya: tidak ada ibadah sehebat senang. Karena setan itu, innama najwa minasy syaithan liyahzunalladziina aamanu. Jadi setan itu targetnya biar orang mukmin susah. Kalau sudah susah, terus lama-lama kecewa dengan keadaan. Kalau kecewa, mungkin – mohon maaf – jadi orang yang sangat keras, atau tidak rida (rela) dengan Qada – Qadar. Sekali tidak rida dengan Qada – Qadar itu ancamannya berat,” terangnya.
Man lam yardla bi qadla-i, walam yashbir ‘alaa bala-i, falyatlub rabban siwa-i, wal yakhruj min tahtil ardli was-sama-i.
“Jadi orang yang tidak rida dengan Qada – Qadar itu, kata Tuhan, tidak usah menganggap-Ku Tuhan, jangan menempati bumi-Ku, jangan menempati langit-Ku. Jadi orang yang tidak rida dengan Allah SWT itu tidak boleh menempati buminya Allah SWT, tidak boleh di bawah langitnya Allah SWT. Daripada repot begitu, ya pokoknya senang. Saya minta senang itu jadi ibadah,” jelasnya panjang lebar.
Gus Baha lalu membayangkan, seandainya ia meminjami rumah kepada orang, terus yang dipinjami cemberut, ia pun marah. “Orang sudah dipinjami, tidak bayar, malah cemberut. Bumi ini Anda sudah tidak bayar kepada Tuhan, terus cemberut terus, itu kan, gimana gitu. Kelihatannya tidak ikhlas. Ini yang disebut: innama najwa minasy syaithan liyahzunalladziina aamanu,” katanya.
“Maka Allah SWT memerintahkan: Qul bifaḍlillāhi wa biraḥmatihī fa biżālika falyafraḥụ…”
Jadi ini fiqih-fiqih yang bisa saya lihat dari Pak Attabik. Semoga ini menjadi ibadah beliau, farah beliau billah, rida beliau billah, padahal mengalami sakit yang seperti itu. Setahu saya, orang-orang yang dipilih Allah SWT itu ya bawaannya ceria, bawaannya nyaman. Semoga semua itu jadi ibadah yang menjadikan ad-darajatul ula fil jannah,” ucapnya.
Artikel asli : sindonews.com