Ketika mendengar jawaban tersebut, Langit terdiam dan tidak mampu menjawab. Ia lantas mengadu kepada Allah SWT, “Ya Allah, Engkau Maha mengijabah doa hamba yang butuh ketika berdoa, kini aku tak mampu menjawab bumi. Maka aku mohon agar Engkau sudi menaikkan Nabi Muhammad SAW padaku, sehingga aku bisa berbangga kepada bumi dengan Mi’rajnya Nabi SAW.”
Allah SWT kemudian mengabulkan permintaan langit dan memberikan wahyu kepada malaikat Jibril, tertanggal malam 27 Rajab. Allah SWT memerintahkan kepada malaikat Jibril, “wahai Jibril, bawalah padaku Nabi Muhammad SAW.”
Jibril lalu bergegas bersama Mikail ke Surga. Sewaktu tiba di surga, keduanya melihat 40.000 Buraq sedang memakan rumput surga, tetapi Jibril dan Mikail melihat satu Buraq yang selalu menundukkan kepalanya dan menangis dengan air mata yang deras.
Malaikat Jibril kemudian bertanya kepada Buraq tersebut, “wahai Buraq, ada apa denganmu?”
“Wahai Jibril, aku telah mendengar seorang hamba yang bernama Muhammad SAW selama 40.000 tahun. Entah mengapa aku jatuh cinta dan merindukan pemilik nama ini. Sejak itulah, aku butuh makanan dan minuman karena aku telah terbakar api kerinduan”, terang Buraq.
Jibril kemudian berkata, “aku akan mempertemukanmu dengan orang yang kau rindukan tersebut.”
Malaikat Jibril kemudian membawanya bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, untuk melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj dari bumi (Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha) ke langit, hingga menembus sidratul muntaha.
Begitu agung dan mulianya manusia yang bernama Muhammad SAW, sampai-sampai langit dan bumi-pun mengklaim paling mulia satu sama lain, semata agar dikunjungi oleh Rasulullah SAW. Bahkan, seperti dikabarkan riwayat di atas, Buraq-pun telah merindukan berpuluh-puluh ribu tahun momentum tersebut.
Oleh karena itu, mari kita selalu mendengungkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW supaya, kelak, mendapatkan syafa’atnya di akhirat dan selalu dijaga oleh Allah SWT. Allahumma Sholli ala Sayyidina Muhammad…
Artikel asli : islami.co