Kisah Kiai Syafa’at Menego Malaikat Maut

  • Share

Di suatu pagi di hari jumat, setelah selesai mengajarkan kitab Ihya’ Ulumiddin di masjid, Kiai Syafa’at bergegas ke kediamannya yang berjarak tak jauh dari masjid. Saat itu waktu menunjukkan pukul setengah tujuh.

Lalu, kabarnya, Kiai Syafa’at didatangi oleh malaikat Izrail, di ndalem-nya. Kedatangan malaikat Izrail itu tentu saja untuk kepentingan menawarkan kematian kepada Kiai Syafa’at, suatu fenomena yang terbilang jarang, tidak saja isi tawaran itu sendiri, tapi juga yang menawarkannya.

Lalu, setelah mempetimbangkan matang-matang, Kiai Syafa’at tidak berkenan untuk menerima tawaran itu. Alasannya adalah ia merasa bahwa pesantren yang didirikannya itu belum siap ditinggalkan. Pasalnya, putra sulung Kiai Syafa’at yang akan menggantikan dan memegang tongkat estafet kepemimpinan pesantren Darussalam Blokagung selanjutnya, saat itu masih belajar di pesantren. Putra sulung yang dimaksud adalah KH. Ahmad Hisyam Syafa’at. Dan, atas dasar itulah, maka Kiai Syafa’at tak jadi wafat.

Sesuai dengan alasan yang gunakan untuk menolak tawaran malaikat maut itu, maka beberapa waktu kemudian, ketika putra sulungnya itu rampung dari belajar di pesantren dan menetap di rumah serta dirasa siap menjadi penerus mengasuh pesantren, Allah Swt memanggil Kiai Syafa’at.

Wafatnya Kiai Syafa’at itu terjadi pada hari sabtu, tanggal 17 Rajab 1411 H, bertepatan dengan tanggal 02 Februari 1991, pukul 02.00 WIB (dini hari) dalam usia 72 tahun. Sejak saat itu, pesantren Darussalam kemudian dipimpin oleh KH. Ahmad Hisyam Syafa’at, hingga kini.

* Kisah ini diceritakan langsung oleh almarhum Kiai Syafa’at kepada salah satu santrinya, Nuruddin, sembilan tahun sebelum ia wafat. Disadur dari buku “Mbah Kiai Syafa’at Bapak Patriot dan Imam Ghazalinya Tanah Jawa” karya Muhammad Fauzinuddin Faiz

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *