“Aku membelinya”, balasnya.
Besok di hari kedua, mereka datang lagi dan bertanya, “Apa saja yang kau lakukan dengan kapakmu?”
“Aku menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar, lalu aku jual ke pasar”, jawab tukang kayu.
Di hari ketiga ditanya lagi, “Pohon siapa yang kau tebang dengan Kapakmu ini?”
“Pohon itu tumbuh di hutan belantara, jadi tak ada yang punya”, katanya.
“Apa kau yakin?”, lanjut malaikat.
Datang lagi di hari ke empat, bertanya lagi “Adakah kau potong pohon-pohon tersebut dengan kapak ini sesuai ukurannya dan beratnya yang sama untuk dijual?”
“Aku potong dikira-kira saja, mana mungkin ukurannya bisa sama rata”, tegas tukang kayu.
Begitu terus yang dilakukan Malaikat Munkar-Nakir, datang dan pergi sampai tak terasa sudah 39 hari dia berada di alam kubur. Dan yang ditanyakan masih berkisar dengan kapak tersebut.
Di hari terakhir hari ke-40, datanglah Munkar dan Nakir sekali lagi bertemu dengan tukang kayu tersebut, dan berkata “Hari ini kami akan kembali bertanya soal kapakmu ini”.
Belum sempat Munkar-Nakir melanjutkan pertanyaannya, si tukang kayu tersebut segera melarikan diri ke atas dan membuka pintu kubur tersebut. Ternyata di luar sudah banyak orang yang menantikan kehadirannya untuk keluar dari kubur tersebut.
Si tukang kayu dengan tergesa-gesa keluar dan lari meninggalkan mereka sambil berteriak, “Kalian ambil saja semua bagian harta warisan ini, karena aku sudah tidak menginginkannya lagi.”
Sesampai di rumah, dia berkata kepada istrinya, “Aku sudah tidak menginginkan separuh harta warisan dari mayat itu. Di dunia ini harta yang kumiliki padahal cuma satu kapak ini, tapi selama 40 hari yang ditanyakan dan dipersoalkan oleh Malaikat Munkar-Nakir masih saja seputar kapak ini. Bagaimana jadinya kalau hartaku begitu banyak? Entah berapa lama dan bagaimana aku menjawabnya.”
Dari Ibnu Mas’ud RA dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabda, “Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara, yaitu umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan kemana dibelanjakannya, ilmunya sejauh mana diamalkan?” (HR. Turmudzi).
Artikel asli : okezone.com