Terlepas dari kualitas riwayat-riwayat tersebut, sesungguhnya penentuan tanggal kapan lailatul qadr bertentangan dengan hikmah dirahasiakannya hal ini oleh Rasulullah –صلى الله عليه وآله وسلم-. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabarani dari Abdullah bin Unais –رضي الله عنه- , ia berkata, “Ya Rasulullah, beritahu padaku pada malam keberapa engkau mencari lailatul qadr?” Rasullah –صلى الله عليه وآله وسلم- menjawab:
لَوْلاَ أَنْ يَتْرُكَ النَّاسُ الصَّلاَةَ إِلاَّ تِلْكَ اللَّيْلَةَ لَأَخْبَرْتُكَ
“Kalaulah tidak karena khawatir manusia akan meninggalkan shalat, kecuali pada malam itu saja, pasti akan kuberitahukan padamu.”
Kalau demikian, bagaimana kita memahami berbagai riwayat yang menyebutkan tanggal terjadinya lailatul qadr secara spesifik? Imam Thahir bin ‘Asyur –رحمه الله- punya jawaban cerdas :
إن ما ورد في ذلك من الأخبار محتمل لأن يكون أراد به تعيينها في خصوص السنة التي أخبر عنها
“Boleh jadi yang dimaksud oleh hadits atau atsar tentang ini adalah tanggal terjadinya lailatul qadr pada tahun ketika hadits atau atsar tersebut disampaikan.”
Artinya, mungkin saja lailatul qadr pada tahun itu terjadi pada malam ke-27, 25, 23 dan sebagainya, karena memang menurut mayoritas ulama, lailatul qadr selalu berganti pada setiap tahun. Jadi kalau pada Ramadhan tahun 1440 H, lailatul qadr terjadi pada malam ke-27, misalnya, maka boleh jadi pada tahun berikutnya (tahun ini) terjadi pada malam ke-25, dan seterusnya.
Maka, pesan untuk penulis dan pembaca tulisan ini –بارك الله فينا وفيكم- adalah :
1. Pada malam-malam yang tersisa ini, jangan sampai terlewatkan shalat Isya dan Subuh berjamaah, meskipun bersama keluarga di rumah.
2. Pada malam-malam yang tersisa ini, jangan sampai terlewatkan qiyam Ramadhan, baik tarawih, witir maupun tahajjud.
3. Pada malam-malam yang tersisa ini kita perbanyak membaca doa seperti yang telah diajarkan Baginda Rasulullah –صلى الله عليه وآله وسلم- kepada isterinya Sayyidah Aisyah –رضي الله عنها- .
اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عنا
Sumber : okezone.com