Dalam kehidupan sehari-hari kita sering merasakan waktu berlalu begitu cepatnya. Baru kemaren rasanya 2019, sekarang 2020 sudah datang menjemput kita. Demikian pula pergantian bulan, peralihan dari januari ke februari sangat tak terasa.
Apalagi pergantian hari ke hari, satu hari terasa seperti satu jam. Fenomena seperti ini termasuk di antara tanda-tanda kiamat. Banyak hadis yang menginformasikan fakta ini sebagai tanda-tanda dari kiamat. Di antara hadis tersebut adalah riwayat Abu Hurairah yang mendengar Nabi SAW berkata:
“Kiamat tidak akan terjadi hingga ilmu dicabut, sering terjadi gempa, dan waktu terasa cepat” (HR: al-Bukhari)
Dalam hadis lain riwayat Ahmad disebutkan:
“Dari Abu Hurairah, Nabi SAW berkata: Kiamat tidak akan terjadi hingga waktu terasa berlalu begitu cepatnya. Satu tahun terasa seperti satu bulan, satu bulan seperti seminggu, satu minggu seperti satu hari, dan satu hari seperti satu jam, dan satu jam seperti kedipan mata.” (HR: Ahmad)
Ibnu Hajar menjelaskan yang dimaksud dari hadis di atas ialah hilangnya keberkahan hidup. Sehingga, hari berlalu begitu saja tanpa ada manfaatnya. Harta yang diperoleh tidak ada gunanya, habis begitu saja.
Begitu pula anak, orang mengatakan banyak anak banyak rejeki. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Banyak yang punya anak, namun anak-anaknya tidak punya pengaruh apa-apa di masyarakat. Terkadang anak yang dilahirkan justru bikin resah masyarakat.
Abu Anas Shadiq dalam bukunya al-Fitan wa Asyrat al-Sa’ah, penyebab dari hilangnya keberkehan tersebut karena masyarakat banyak melakukan maksiat. Iman mereka lemah, mereka banyak memakan harta yang haram.
Korupsi dan pencurian hak orang lain terjadi di mana-mana. Mereka menafkahi keluarganya dengan harta yang haram. Akibatnya, kehidupan keluarga mereka tidak berkah. Meskipun mereka banyak yang kaya. Namun, kehidupan mereka tidak damai dan tentram.
Dalam al-Qur`an Allah SWT sudah menjelaskan bahwa keberkahan hidup sangat bekait-kelindan dengan iman dan amal seseorang.
Masyarakat yang menjalani kehidupannya dengan penuh keimanan dan amal saleh, niscaya Allah SWT akan menurunkan kepada mereka keberkahan, baik yang muncul dari langit ataupun bumi.
Sebaliknya, masyarakat yang senang berbuat maksiat, Allah akan menutup pintu berkah itu untuk mereka. Hal ini sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah Surah al-A’raf ayat 96:
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: al-A’raf: 96)
Ada yang mengatakan kemajuan teknologi dan informasi merupakan penyebab pergantian waktu terasa begitu cepatnya. Sekarang, antar satu negara dengan negara lainya sudah tidak ada lagi batasnya. Amerika yang jarak georafisnya begitu jauh dengan Indonesia dapat ditempuh dalam beberapa jam saja.
Begitu pula komunikasi antar negara, kita bisa berbicara dengan orang yang berada di daerah lain tanpa harus berkunjung bertamu ke rumahnya. Semua ini berkat kemajuan teknologi, alat komunikasi, dan transformasi.
Pendapat ini diakui oleh cendekiawan muslim Andan Oktar, yang lebih dikenal dengan Harun Yahya. Dalam sebuah wawancara di stasiun televisi, ia mengungkapkan, kemajuan teknologi sangat berefek terhadap cepatnya pergantian waktu.
Perjalanan yang dulu berlangsung beberapa bulan, kini dapat dilakukan hanya dalam beberapa jam saja. Komunikasi yang membutuhkan waktu berbulan-bulan, berminggu-minggu untuk menjangkau antar daerah, negara, dan benua, saat ini dapat dilakukan dalam hitungan menit, bahkan detik, melalui fasilitas intenet dan alat komunikasi lainnya.
Selain itu, tugas sehari-hari seperti membersihkan, memasak, penitipan anak, dan belanja tidak lagi membutuhkan banyak waktu dengan bantuan teknologi.
Menurut Harun Yahya, di ruang antara bumi dan ionosfer konduktif terdapat getararan alami, yang disebut resonansi schumann. Frekuensi ini dikenal dengan detak jantung dunia. Resonansi Schumann sangat penting karena membungkus bumi dan terus menjaga alam.
Semua bentuk kehidupan berada di bawah pengaruhnya. Getaran ini secara terus menerus diukur oleh pusat penelitian fisika terkemuka di dunia. Pada tahun 1950, resonansi schumann diukur pada skala 7,8 hertz.
Nilai ini dianggap tetap konstan. Akan tetapi, tahun 1980 terjadi perubahan tiba-tiba, resonansi schumann diukur di atas 11 hertz. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa angka ini akan terus meningkat lagi.
Perubahan resonansi Schumann ini sangat berdampat terhadap percepatan waktu. Dengan demikian, waktu 24 jam terasa seperti 12 ajam atau kurang.
Meskipun ilmu pengetahuan dapat mengukur kecepatan resonansi schumann, tetapi para ahli tidak bisa menjelaskan faktor apa yang menyebabkan getaran ini terus meningkat dan naik.
Oleh: Alfian Mushafi Abdullah
Sumber: islami.co