“Kini bukanlah saatnya untuk menjadi emosional dan memberikan kesempatan kepada pihak-pihak lain memanipulasi keadaan untuk keuntungan mereka. Kami bisa menguasai keadaan di Jakarta tapi demonstrasi anda di jalan-jalan hanyalah melemahkan kerja bagus yang tengah kami kerjakan,” ucap Gus Dur.
“Saya memahami perasaan anda tetapi tetaplah berkepala dingin walaupun hati anda panas. Nah sekarang pulanglah ke rumah dan berdoalah untuk kami. Dengan demikian, anda telah melakukan yang terbaik,” demikian nasihat Gus Dur yang menyejukkan.
Begitulah Gus Dur, seorang ulama yang punya pengaruh atau kharisma. Hal tersebut bukan semata membuat dirinya menjadi kultus bagi masyarakat tradisional, tetapi lebih kepada upaya pembangunan mental masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai saling menghormati dan ta’dzim kepada guru.
Menurut Greg, faktor kekuasaan personal yang diwarnai oleh pemikiran teologis, sebagaimana yang dilakukan Gus Dur itu, menjadi dasar perilaku dari apa yang diperankannya.
Sebagai sosok yang memiliki kharisma, kiai dipandang memiliki kemampuan luar biasa untuk menggerakkan masyarakat. Dengan sikap yang sederhana, Gus Dur mampu memberikan petuah, nasihat, dan ilmu budi pekerti luhur.
Artikel asli : nu.or.id