Pencipta Lagu Hari Merdeka, Pendiri Paskibraka, Penyelamat Bendera Pusaka, adalah Seorang Habib

  • Share

Beberapa hari kemudian, ia kost di Jalan Pegangsaan Timur 43, di rumah Bapak R. Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (Kepala Kepolisian RI yang pertama).

Selama di Jakarta, ia selalu mencari informasi dan cara, bagaimana bisa segera menyerahkan bendera pusaka kepada presiden Soekarno.

Mendapat Amanat Dari Bung Karno
Hingga pada suatu pagi, sekitar pertengahan bulan Juni 1948, akhirnya ia menerima pemberitahuan dari Sudjono yang tinggal di Oranje Boulevard (sekarang Jalan Diponegoro) Jakarta.

Pemberitahuan itu menyebutkan, bahwa ada surat dari Presiden Soekarno yang ditujukan kepadanya.

Sore harinya, surat itu diambil Habib Husein, dan ternyata memang benar berasal dari Soekarno. Isinya, sebuah perintah agar ia segera menyerahkan kembali bendera pusaka yang dibawanya dari Yogyakarta, kepada Sudjono, supaya bisa segera dibawa ke Bangka.

Bung Karno sengaja tidak memerintahkan Habib Husein untuk datang sendiri ke Bangka, dan menyerahkan bendera pusaka itu langsung kepadanya.

Karena dengan cara yang taktis, ia menggunakan Soedjono sebagai perantara untuk menjaga kerahasiaan perjalanan bendera pusaka dari Jakarta ke Bangka.

Di masa pengasingan, Bung Karno memang hanya boleh dikunjungi oleh anggota delegasi Republik Indonesia, dalam perundingan dengan Belanda di bawah pengawasan UNCI (United Na­tions Committee for Indonesia).

Sudjono, adalah salah satu anggota delegasi itu, sedangkan Habib Husein, bukan.

Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Soedjono ke Bangka, ia berupaya menyatukan kembali kedua helai kain merah dan putih dengan meminjam mesin jahit tangan milik seorang istri dokter yang ia sendiri tak ingat namanya.

Menjahit Kembali Bendera Pusaka
Bendera pusaka yang tadinya terpisah, ia jahit persis mengikuti lubang bekas jahitan tangan Ibu Fatmawati. Walaupun pada akhirnya, ada kesalahan jahit sekitar 2 cm dari ujungnya.

Dengan dibungkus kertas koran (agar tidak mencurigakan), bendera pusaka diberikan kepada Soedjono untuk diserahkan sendiri kepada Bung Karno.

Hal ini sesuai dengan perjanjian Bung Karno dengan Habib Husein, sewaktu di Yogyakarta. Maka, dengan diserahkannya bendera pusaka kepada orang yang diperintahkan Bung Karno, selesailah tugas penyelamatan yang dilakukan Habib Husein.

Sejak itu, sang ajudan tak lagi menangani masalah pengibaran bendera pusaka.

Bendera Pusaka Kembali Berkibar
Tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta kembali ke Yogyakarta, dengan membawa serta bendera pusaka. Tepat tanggal 17 Agustus 1949, bendera pusaka dikibarkan lagi, di halaman Istana Presiden, Gedung Agung Yogyakarta.

Habib Husein juga pernah diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia, pada Tahta Suci di Vatikan, 1969-1973.

Meski sudah banyak jasa yang ia berikan kepada Indonesia, Habib Husein yang meninggal dunia 9 Juni 2004 lalu, menolak untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Padahal, ia memiliki Tanda Kehormatan Negara Bintang Mahaputera atas jasanya menyelamatkan Bendera Pusaka Merah Putih dan juga memiliki Bintang Gerilya atas jasanya ikut berperang gerilya pada tahun 1948-1949.

Tapi ia memilih untuk dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan.

Pencipta Lagu Hari Merdeka, Tak Suka Difoto
Di dekat jenazahnya, diletakkan sebuah foto berwarna, berukuran besar. Habib Husein, dalam potret itu, mengenakan seragam Pramuka.

Lengkap dengan tanda jasa Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra, serta tanda kemahiran Pramuka sebagai pembina bertaraf internasional.

Foto itu baru diambil dua minggu sebelum ia meninggal dunia, oleh cucunya, dengan kamera digital hasil pinjaman.

Seolah menjadi firasat besar. Karena Habib Husein merupakan sosok yang tidak pernah suka difoto. Biasanya, ia selalu mencari alasan untuk pergi, tiap kali melihat orang bersiap memotretnya.

Namun, saat itu, tiba-tiba saja ia justru ingin dipotret dengan atribut lengkap.

Bagaimanapun jua, terima kasih Habib Husein, Pak Mutahar, atau apa pun panggilan yang melekat untukmu. Terima kasih telah berjuang, terima kasih telah menjadi teladan.

Semoga kondisi Indonesia hari ini pun mendatang, tak menjadi luka untukmu, juga pahlawan lain. Semoga penerus Tanah Air, bisa membuat perjuangan kalian semua tak sia-sia.

Sumber: ikizone.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *