Beberapa hari belakangan ini, beredar berita tentang seorang perempuan bercadar, namanya Hesati Sutrisno, yang memelihara 70 anjing. Ada sekelompok orang yang tidak senang dengan keberadaan anjing-anjing milik Mbak Hesti dan berupaya mengusirnya.
Padahal menurut penuturan Mbak Hesti, warga setempat justru marah dengan perlakuan sekelompok orang yang mengintimidasinya karena anjing peliharaannya tersebut.
Di samping itu, ia juga sudah meminta izin untuk membuat shelter anjing miliknya pada kepala desa dan pihak kecamatan. Shelter anjing miliknya itu jauh dari pemukiman warga. Artinya, potensi gonggongan anjing yang menggangu itu tidak ada.
Kemudian, kata Hesti, kotoran-kotoran anjing liar miliknya itu dibuang pada septic tank khusus yang dibuatnya. Artinya, ini juga tidak menggangu masyarakat setempat. Hesti juga melakukan vaksinasi rutin terhadap anjing liar yang ia pelihara, sehingga kemungkinan penyakit rabies yang dikhawatirkan minim terjadi. Apalagi anjing-anjing liar milik Hesti itu tidak diperjualbelikan sama sekali.
Menurut Ustadz Ahong, apa yang sudah dilakukan Mba Hesti itu mudah-mudahan termasuk dalam anjuran Nabi Muhammad SAW.
الرَّاحمونَ يرحمُهُمُ اللَّهُ ، ارحَموا أَهْلَ الأرضِ يرحمُكُم مَن في السَّماءِ
Orang-orang yang memiliki kasih sayang itu akan Allah sayangi. Sayangilah makhluk Allah di muka bumi, maka makhluk Allah yang ada di langit itu akan menyayangi kalian (HR. Abu Daud, al-Tirmidzi, dan Imam Ahmad).
Dalam Shahih Muslim, terdapat keterangan mengenai kisah pelacur yang diampuni dosanya karena memberi minum anjing.
أن امرأة بغيا رأت كلبا في يوم حار ، يطيف ببئر قد أدلع لسانه من العطش ، فنزعت له بموقها ، فغفُر لها
“Ada seorang wanita tuna susila atau pelacur yang melihat seekor anjing di hari yang panas. Ia berada di dekat sebuah sumur dengan menjulurkan lidahnya karena kehausan. Perempuan itu lalu mengambil air dengan sepatunya (dan memberikan pada anjing itu), lalu Allah Swt. mengampuni dosa-dosanya.”
Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari; Ahmad; dan al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra. Konon perempuan ini hidup pada masa di mana ada Bani Israil.