Sosok KH Subchi Parakan, Pahlawan Kesaktian Bambu Runcing

  • Share

Allah Maha Besar

Kisah penyepuhan bambu runcing yang dilakukan oleh Kiai Subchi ini dijelaskan oleh KH Saifuddin Zuhri dalam bukunya Guruku Orang-orang dari Pesantren. Dalam salah satu buku memoar sejarah tersebut, dijelaskan bahwa hampir bersamaan ketika terjadi perlawanan dahsyat dari laskar santri dan rakyat Indonesia di Surabaya pada 10 November 1945, rakyat Semarang mengadakan perlawanan yang sama ketika tentara sekutu juga mendarat di Ibukota Jawa Tengah itu.

Dari peperangan tersebut, lahirlah pertempuran di daerah Jatingaleh, Gombel, dan Ambarawa antara rakyat Indonesia melawan sekutu (Inggris). Kabar pecahnya peperangan di sejumlah daerah tersebut juga tersiar ke daerah Parakan. Dengan niat jihad fi sabilillah untuk memperoleh kemerdekaan dan menghentikan ketidakperikemanusiaan penjajah, Laskar Hizbullah dan Sabilillah Parakan ikut bergabung bersama pasukan lain dari seluruh daerah Kedu.

Setelah berhasil bergabung dengan ribuan tentara lain, mereka berangkat ke medan pertempuran di Surabaya, Semarang, dan Ambarawa. Namun sebelum berangkat, mereka terlebih dahulu mampir ke Kawedanan Parakan guna mengisi dan memperkuat diri oleh berbagai macam ilmu kekebalan dari seorang ulama tersohor di daerah Parakan, Kiai Haji Subchi.

Didorong semangat jihad yang digelorakan oleh Kiai Hasyim Asy’ari melalui Resolusi Jihad serta kesadaran agar terlepas dari belenggu penjajahan untuk masa depan anak-anak dan cucu-cucu di Indonesia, Kiai Subchi memberikan bekal berupa doa kepada barisan Hizbullah dan Sabilillah. Tentara Allah itu berbaris dengan bambu runcingnya dan masing-masing mereka ‘diberkahi’ oleh bunyi doa Kiai Subchi yang telah dijelaskan di awal.

Wejangan (nasihat) Kiai Subchi yang hingga kini masih terlintas di benak bekas tentara Hizbullah dan Sabilillah maupun TKR dan laskar-laskar lainnya ialah:

“Luruskan niat untuk mempertahankan agama, bangsa, dan tanah air. Ingat selalu kepada Allah SWT. Jangan menyeleweng dari tujuan, apalagi berbuat maksiat. Dan kuatkan persatuan kita. Jika hendak kembali pulang, beramai-ramailah membaca syahadat.” (Choirul Anam, 1985)

Jiwa nasionalisme Kiai Subchi tertanam sebagai komitmen bersama terhadap agama dan bangsa. Komitmen kebangsaan ini juga dilakukan oleh para kiai di berbagai daerah yang mempunyai tanggung jawab sosial membebaskan bangsa Indonesia dari ketidakperikemanusiaan penjajah.

Komitmen ini terus membuncah sehingga ketika proklamasi kemerdekaan RI, Kiai Subchi bersama para ulama dan kaum muda Temanggung membentuk Laskar Barisan Muslimin Temanggung (BMT) pada 27 November 1945. Tujuan utama BMT ini adalah untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Ketika NU diresmikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926, Kiai Subchi dan para ulama Temanggung lainnya memprakarsai berdirinya PCNU Temanggung dan beliau menjabat sebagai Rais Syuriyah pertama. Sebagaimana kesaksian KH Saifuddin Zuhri (2013), Kiai Subchi sangat menaruh perhatian besar terhadap kaderisasi anak muda NU melalui Gerakan Pemuda Ansor.

Artikel asli : nu.or.id

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *