Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Islamkan 100.000 Penjahat, 5.000 Orang Kristen dan Yahudi

  • Share

Sebelum berbuka beliau menjamu makan malam tetangganya. Sesudah salat isya’ berliau beristirahat sejenak di kamarnya sebagaimana layaknya tradisi para wali.

Ia mencurahkan waktu siang harinya untuk mengabdi pada umat manusia, sementara di malam harinya untuk mengabdi pada penciptanya.

Rendah Hati
Al-Jilani mempunyai kepribadian yang tinggi. Ia sangat rendah hati (tawadhu’) kapada sesamanya.

Akhlaknya mulia dan lapang dada. Kerendahan hatinya bisa ditandai dengan keakrabannya dalam pergaulannya dengan anak-anak, para fakir miskin dan tetangganya.

Ketakwaannya kepada Allah SWT, senantiasa tercermin dalam kehidupannya sehari-hari.

Mengenai keluhurannya pribadinya, Haradah orang sezamannya mengatakan:

“Saya tidak pernah melihat seseorang yang sangat mulia, lapang dada, rendah hati, dapat dipercaya seperti Syekh Abdul Qadir al-Jilani. Ia sangat memperhatikan anak-anak dan juga orang tua”.

Imam al- Isybili berkomentar, bahwa al-Jilani figur yang berwibawa, cepat menangis karena ingat Allah dalam berzikir, lembut hati, dermawan, dalam ilmunya, serta luhur budinya.

Demikian pula al-Baghdadi menyanjungnya dengan menyebutnya, bahwa ia jauh dari perbuatan keji (fakhsya’ wa munkar), dekat dengan kebenaran serta dekat kapada Allah SWT.

Al-Jilani pernah mengatakan, bahwa amal yang paling utama adalah memberi makan kepada orang miskin, dan paling mulia adalah berbudi luhur.

Selanjutnya ia mengatakan, seandainya dunia ini menjadi miliknya, maka akan diberikan kepada yang lapar.

Dan disebutkan dalam “Qalaid al-Jawahir”, bahwa setiap malam ia menyuruh membentangkan tikar untuk makan bersama-sama tamu dan bergaul bersama kaum lemah.

Artikel asli : sindonews.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *