Ni’mal maula wani’man nashiir
Wa kafallahul mukminiinal qitaal 2x
Aamiin 5x Yaa Robbal ‘Alamiin
Artinya dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
Allah yang mencukupi, Tuhan kita yang mencukupi
Tujuan kita Allah yang mencukupi, Yang kita temukan Allah yang mencukupi
Terhadap segala sesuatunya Allah yang mencukupi, yang memenuhi kebutuhan kita hanyalah Allah
Allah lah sebaik-baik Dzat yang mencukupi, Alhamdulillah segala puji bagi Allah
Dan Allah lah yang mencukupi orang-orang Mukmin dalam pertempuran
Amin, amin ya Rabbal alamin
Di kalangan ulama pesantren, terdapat sejumlah hizib sebagai riyadhoh rohani, terutama ketika para kiai dan santri berjuang melawan penjajahan Belanda dan Jepang.
KH Saifuddin Zuhri dalam Guruku Orang-orang dari Pesantren (2001) menjelaskan, riyadhah rohani selain meningkatkan semangat pembelaan tanah air, juga untuk mengamalkan beberapa wirid. Hizbur Rifa’i, Hizbul-Bahr, Hizbun Nashr, Hizbun Nawawi, Hizbus Saif, Dalailul Khoiraot, dan doa lainnya dipompakan dalam riyadhah yang berbentuk latihan rohani itu.
KH Saifuddin Zuhri dalam Berangkat dari Pesantren (2013) juga mencatat bahwa kiai-kiai dari Jombang, Gresik, Pasuruan dan dari sekitar Surabaya menyerang musuh sambil meneriakkan doa-doa dalam Hizbul Bahr, Hizbun Nashr, dan Hizbus Saif. Pertama kali dalam sejarah perang di Indonesia melawan penjajah, kalimat takbir; Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, bersahut-sahutan dengan letusan bom dan rentetan suara mitraliur.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad, mengamalkan doa-doa, hizib dan memakai azimat pada dasarnya tidak lepas dari ikhtiar atau usaha seorang hamba, yang dilakukan dalam bentuk doa kepada Allah SWT. Jadi sebenarnya, membaca hizib, dan memakai azimat, tidak lebih sebagai salah satu bentuk doa kepada Allah SWT.
Namun tidak semua doa-doa dan azimat dapat dibenarkan. Setidaknya, ada tiga ketentuan yang harus diperhatikan.
1. Harus menggunakan Kalam Allah SWT, Sifat Allah, Asma Allah SWT ataupun sabda Rasulullah SAW
2. Menggunakan bahasa Arab ataupun bahasa lain yang dapat dipahami maknanya.
3. Tertanam keyakinan bahwa ruqyah itu tidak dapat memberi pengaruh apapun, tapi (apa yang diinginkan dapat terwujud) hanya karena takdir Allah SWT. Sedangkan doa dan azimat itu hanya sebagai salah satu sebab saja.” (Al-Ilaj bir-Ruqa minal Kitab was Sunnah, hal 82-83).
Artikel asli : nu.or.id