Empat bintang Instagram dengan pengikut jutaan orang kompak mendukung ikhtiar mewujudkan mimpi selama lebih dari 20 tahun membangun masjid pertama Indonesia di Ibu Kota Inggris, London. Mereka adalah Teuku Wisnu, Arie Untung, Ustaz Salim A. Fillah dan Ustaz Yusuf Mansur .
Keempatnya sama-sama mengunggah posting ajakan bagi masyarakat Indonesia mendukung pembangunan masjid Indonesian Islamic Centre (IIC). “Mari menjadi bagian, pilar dan bata penyangga, dari pembangunan masjid Indonesia yang pertama di London. Semoga dengan usaha kita, Allah SWT bangunkan rumah kita di surga berdekatan dengan para rasul mulia yang tercinta,” tulis Teuku Wisnu, yang punya empat juta pengikut di Instagram.
Arie Untung mengunggah posting senada dengan mengatakan masjid Indonesia akan bertambah lagi di luar negeri. “Masjid Indonesia pertama di Amerika Serikat wasilah ustaz Shamsi Ali, masjid Indonesia pertama di Kanada wasilah ustaz Adi Hidayat, kali ini mendapat kabar dari ustaz Salim A. Fillah untuk masjid Indonesia pertama di Inggris,” tulis Arie Untung, pemilik akun Instagram dengan 2,7 juta pengikut.
Salim A. Fillah sendiri – yang punya 1,1 juta pengikut – mengatakan Muslim di Inggris memang minoritas, layaknya generasi awal muslim di Mekkah. “Sebuah rumah di London yang selama ini dijadikan bak rumah Arqam bin Abil Arqam. Tak berizin rumah ibadah, tak sanggup lagi menampung jumlah jamaah. Rindu mewujudkan mimpi memiliki masjid yang sebenarnya, 20 tahun berusaha, semoga Allah segera sampaikan di bulan yang mulia ini,” tulis Salim.
Ustaz asal Yogyakarta ini menambahkan, “Seperti para sahabat Rasulullaah SAW yang bahu membahu membangun masjid demi terciprat berkah dan pahalanya, masyarakat Muslim Indonesia di London pun menanti bantuan para sahabat dermawan sekalian.”
Sebelumnya, pendakwah dan pengusaha Yusuf Mansur, juga melalui posting di Instagram, menulis, “Sedekah ke masjid [Indonesia] di London, Inggris … mudah-mudahan dapat syafaat dari sedekah di negeri yang jauh, dapat amal saleh sedekah masjid pula.”

Rumah yang disinggung oleh Salim A. Fillah mengacu ke satu rumah di Wakemans Hill Avenue, London utara. Bagi warga Indonesia di Inggris, ini memang bukan sekadar rumah. Sejak 2003, rumah ini telah menjadi pusat kegiatan komunitas seperti pengajian pekanan, pendidikan Quran bagi anak-anak dan remaja, kajian tafsir, hingga tempat untuk kegiatan kesenian seperti rebana.
Rumah dua lantai ini biasa disebut Indonesian Islamic Centre (IIC). Ukurannya tak terlalu besar, dan karenanya hanya bisa menampung maksimal 100 orang. Sangat jauh dari mencukupi. Namun inilah langkah awal untuk mewujudkan keinginan memiliki masjid sendiri yang representatif, yang punya corak dan penampakan fisik seperti masjid, bukan seperti rumah biasa, seperti yang ada saat ini. “Saat ini fasilitas dan sarana yang ada rumah di Wakemans Hill Avenue memang sudah tidak lagi memadai,” ujar Ketua Panitia Pembangunan IIC Eko Kurniawan.
Apalagi, properti di Wakemans Hill Avenue ini, terang Eko, berada di permukiman penduduk, sehingga izin yang diberikan sebatas rumah tinggal, bukan untuk aktivitas publik ataupun kegiatan komunitas. “Konsekuensinya, kami tidak bisa menggunakan properti ini untuk kegiatan keumatan secara maksimal,” lanjut Eko.
Keterbatasan izin, sarana yang tidak memadai dan animo tinggi warga Indonesia dalam mengikuti kegiatan-kegiatan agama, membuat sejumlah warga Indonesia akhirnya memutuskan membentuk panitia baru pembangunan masjid, dengan harapan kerja-kerja mewujudkan masjid yang representatif bisa lebih cepat diwujudkan. Rumah yang selama ini menjadi pusat kegiatan warga Indonesia di Wakemans Hill Avenue saat ini dalam proses dijual dan dana dari penjualan dipakai untuk membeli properti lain yang lebih representatif.