PADA saat maut tiba, setan sangat antusias menghadapi hal ini agar kesempatan tersebut tidak luput darinya. Dalam Shahih Muslim disebutkan dari Jabii Ibn Abdullah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh setan mendatangi salah seorang kalian dalam setiap situasi dan kondisi bahkan pada saat makan. Dan jika kunyahan makanan salah seorang kalian jatuh, hendaklah ia membersihkan bagian yang kotor lalu memakannya, dan tidak membiarkannya dimakan setan. Jika ia telah selesai makan, hendaklah ia menjilat jari-jarinya, karena ia tidak tahu di makanan yang mana terdapat keberkahan.”
Syaikh Umar Sulaiman al Asygar dalam bukunya berjudul Ensiklopedia Kiamat menulis para ulama menyebutkan bahwa setan mendatangi manusia pada saat-saat genting itu dengan menyamar sebagai ayah, ibu atau orang lain yang dikenal sambil memberi nasehat dan mengajak untuk masuk agama Yahudi, Nasrani atau agama lain yang bertentangan dengan Islam.
Pada saat itulah Allah menggelincirkan orang-orang yang telah ditakdirkan sengsara. Inilah makna ayat:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“(Mereka berdoa), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Mu, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia). (QS Ali Imran : 8)
Abdullah, putra Imam Ahmad ibn Hanbal , berkisah, “Aku menyaksikan wafatnya ayahku, dan di tanganku ada kain lap untuk mengusap jenggotnya yang lebat. Pada saat itu beliau pingsan kemudian sadar, lalu beliau berkata sambil menunjuk dengan tangannya,
“Tidak, enyahlah! Tidak, enyahlah!’ Ia melakukan hal itu berulang-ulang.
Lalu aku bertanya kepadanya, “Hai ayahku, apa yang engkau lihat?”
Ia menjawab, ‘Setan berdiri di dekat terumpahku sambil menggigit ujung jari, dan berkata, “Hai Ahmad, ikutilah bujuk rayuku!”
Aku pun berkata, “Tidak, enyahlah! Tidak, enyahlah, sampai aku mati pun?
Response (1)