Anak Yahudi Mirip Dajjal yang Picu Kehebohan di Madinah

  • Share

Ibnu Shayyad namanya. Dia adalah anak lelaki yang lahir dari bangsa Yahudi mengundang kontroversi di Madinah. Tandanya mirip dengan Dajjal. Dia pendek, kakinya melingkar menyerupai huruf O.

Sementara, kulitnya lebih dekat dengan hitam. Rambutnya ikal menyerupai kribo. Dahinya lebar menggapai luas kepala. Begitu pun dengan jenjang lehernya. Sebelah matanya tertutup. Sebelah lagi bisa melihat dengan bola yang juling.

Dia suka bergumam sendirian. Ditukil dari hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dan bersumber dari Abdullah bin Umar RA.

عن ابن عمر رضي الله عنهما:  أن عمر انطلق مع النبي صلى الله عليه وسلم في رهط قبل ابن صياد، حتى وجدوه يلعب مع الصبيان، عند أطم بني مغالة، وقد قارب ابن الصياد الحلم، فلم يشعر حتى ضرب النبي صلى الله عليه وسلم بيده، ثم قال لابن الصياد: تشهد أني رسول الله. فنظر إليه ابن صياد فقال: أشهد أنك رسول الأميين. فقال ابن صياد للنبي صلى الله عليه وسلم: أتشهد أني رسول الله؟ فرفضه وقال: آمنت بالله وبرسله. فقال له: ما ترى. قال ابن صياد: يأتيني صادق وكاذب. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: خلط عليك الأمر. ثم قال له النبي صلى الله عليه وسلم: إني خبأت لك خبيئاً. فقال ابن صياد: هو الدخ. فقال: اخسأ، فلن تعدو قدرك.

Rasulullah SAW bersama Abu Bakar dan Umar bin Khattab pernah berpapasan dengannya. Nabi SAW pun bertanya kepadanya. “Apa kau bersaksi bahwa aku utusan Allah!” Ia balik bertanya, “Apa kau bersaksi bahwa aku utusan Allah? Rasulullah SAW bersabda, “Aku beriman kepada Allah, malaikat, dan kitab-kitab-Nya.”

Pada hadits lain yang bersumber dari Abdullah bin Umar, Ibnu Shayyad sempat menjawab, “Aku bersaksi bahwa engkau utusan bagi umat yang ummi.” (khususnya bangsa Arab).

Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW bahkan meminta kepada Ibnu Sayyad untuk menebak apa yang ada dalam isi hati beliau. (Ketika itu, ulama menyebutkan jika Nabi SAW baru menerima wahyu tentang QS ad-Dukhan). Ibnu Shayyad berkata, “Huwaddukhkhu.” Nabi SAW pun menjawab “Celaka kamu. Kamu tidak akan mempunyai kemampuan (untuk mengetahuinya).”

ما ترى؟ قال: أرى عرشاً على الماء فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ترى عرش إبليس على البحر، وما ترى؟ قال: أرى صادقين وكذاباً أو كاذبين وصادقاً. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لبس عليه, دعوه

Rasulullah SAW pun melanjutkan pertanyaannya. “Apa yang kau lihat?” Dia menjawab, “Aku melihat singgasana di atas air. Rasulullah SAW bersabda, “Kau melihat singgasana iblis di atas laut.” Beliau bertanya kembali,” Apa yang kau lihat?” Dia menjawab, “Dua orang yang jujur dan seorang pendusta atau dua orang pendusta dan seorang yang jujur. Rasulullah kemudian bersabda, “Dia dikaburkan matanya. Biarkanlah dia.”

Di kemudian hari, dalam hadits yang berasal dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW pergi bersama Ubai bin Ka’b ke kebun kurma. Mereka kembali bertemu dengan Ibnu Shayyad. Rasulullah bermaksud mendengarkan igauan dari Ibnu Shayyad sebelum dia melihat mereka. Rasulullah melihatnya berbaring di atas kasur yang ditutupi selembar selimut. Mulutnya terdengar bergumam.

Ibu Ibnu Shayyad melihat Rasulullah. Dia pun membangunkan Ibnu Shayyad. “Wahai Shaf! Ada Muhammad di sini.” Ibnu Shayyad pun terbangun. Rasulullah berkata. “Jika ibunya membiarkan dia (tidak mengganggunya), perkara Ibnu Shayyad akan terungkap (jelas).”

Dalam hadits lainnya yang juga diriwayatkan Imam Muslim, Umar lantas spontan berkata, “Wahai Rasulullah. Biarkan aku memenggal lehernya.” Nabi SAW lantas berkata kepada Umar. “Jika dia benar (Dajjal), maka kamu tidak akan dapat mengetahuinya. Dan jika dia bukan (Dajjal), maka tidak ada kebaikan untukmu membunuhnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Kejadian itu makin membuat para sahabat …

Kejadian itu makin membuat para sahabat menjauhi Ibnu Shayyad. Sepeninggal Rasulullah SAW, Ibnu Shayyad memutuskan untuk memeluk agama Islam. Meski demikian, dia masih dijauhi.

Ketika dia ikut pergi menunaikan haji dan umroh bersama dengan rombongan para sahabat, dia mendekati Abu Sa’id al-Khudri. Ibnu Shayyad meletakkan barang perbekalannya bersama dengan barang Abu Sa’id. Dia pun mengeluhkan kondisinya kepada Abu Sa’id.

“Wahai Abu Sa’id, aku ingin mengambil tali lalu aku gantungkan di pohon kemudian aku gantung diri karena yang dikatakan banyak orang terhadapku. Wahai Abu Sa’id, siapa yang tidak mengetahui hadits Rasulullah SAW. Kalian wahai kaum Anshar, tidaklah samar bagi kalian. Bukankah kalian termasuk yang paling tahu hadits Rasulullah SAW?

Bukankah dia pernah bersabda bahwa dia (Dajjal) kafir, sementara aku Muslim? Bukankah Rasulullah SAW besabda bahwa dia (Dajjal) mandul, sementara aku punya anak? Dan aku tinggalkan ayahku di Madinah. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa dia (Dajjal) tidak bisa memasuki Madinah dan Makkah, sementara aku telah meninggal kan Madinah dan sekarang aku hendak ke Makkah?

Abu Sa’id pun hampir menerima alasan yang disampaikan Ibnu Shayyad. Namun, Ibnu Shayyad kemudian melanjutkan perkataannya. “Ingat, demi Allah aku mengetahuinya (Dajjal). Aku mengetahui kelahirannya dan posisi sekarang dia berada.” Abu Sa’id kemudian menjawab, “Celakalah kau sepanjang hari ini.” (HR Muslim 2927). Dalam riwayat lain dikatakan, jika Ibnu Shayyad tidak menolak jika dia menjadi Dajjal.

Sebagian ulama menyatakan jika Abu Shayyad adalah Dajjal. Umar bin Khattab bahkan pernah bersumpah jika lelaki tersebut Dajjal. Sumpahnya dilontarkan di hadapan Rasulullah SAW dan beliau tidak menyanggah dan tidak mengiyakannya. Pendapat ulama lainnya mengatakan jika Ibnu Shayyad hanyalah dukun, bukan berstatus sebagai Dajjal.

Nabi SAW juga telah mendapat informasi dari Tamim ad-Dari, seorang Nasrani yang terdampar di sebuah pulau. Dia bertemu dengan sesosok makhluk yang mengaku sebagai Masihud Dajjal. Pada hadits tersebut, Rasulullah mengabarkan jika sosok itu adalah Dajjal. Tamim yang menjadi mualaf ketika menyampaikan berita tersebut menyampaikan kepada Rasulullah jika Dajjal terbelenggu di sebuah pulau. Kedua tangannya terikat dengan lehernya.

Di antara lutut dan kedua mata kakinya terikat dengan besi. Tamim ad-Dari yang terdampar di pulau itu usai terombang-ambing di tengah laut menemui pria raksasa itu atas petunjuk sebuah makhluk berbulu lebat bernama Jassasah.

Golongan ulama yang menolak jika Ibnu Shayyad merupakan Dajjal berpegang pada dalil yang diriwayatkan Imam Muslim dan bersumber dari Fathimah binti Qais ra tersebut. Dr Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al Wabil menukil pendapat beberapa ulama mengenai ini.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menuturkan bahwa masalah Ibnu Shayyad telah menjadi sesuatu yang rumit bagi sebagian sahabat. Mereka mengira bahwa dia adalah Dajjal, sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tawaqquf (berdiam diri) sehingga jelas bagi beliau setelah itu bahwa dia bukan Dajjal. Dia hanya salah seorang dukun yang memiliki kemampuan-kemampuan setan. Karena itulah, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi untuk mengujinya.

Sementara itu, Ibnu Katsir berpendapat jika Ibnu Shayyad bukanlah Dajjal yang akan keluar pada akhir zaman berdasarkan hadits Fathimah binti Qais. Menurut Ibnu Katsir, hadits ini menjadi penentu masalah ini.

Al Hafizh Ibnu Hajar ra mencoba untuk menyelaraskan hadits-hadits yang bertentangan antara kisah Ibnu Shayyad dengan berita dari Tamim ad-Dari. Menurut Ibnu Hajar, cara yang paling dimengerti untuk kedua hadits tersebut, yakni Dajjal pada hakikatnya adalah yang disaksikan dalam keadaan terikat oleh Tamim.

Sementara itu, Ibnu Shayyad adalah setan yang menampakkan diri dalam bentuk Dajjal ketika itu. Dia pun pergi ke Ashbahan untuk bersembunyi bersama kawannya hingga datang pada masa yang ditakdirkan Allah untuk keluar dari tempat tersebut. Wallahua’lam.    

Artikel asli : republika.co.id

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *