Kisah Nabi Muhammad, Ganjal Perut dengan Batu karena Menahan Lapar

  • Share

Manfaat puasa Ramadhan tidak hanya membuat tubuh sehat, namun juga melatih diri untuk peka terhadap fakir miskin. Dengan puasa maka secara tidak langsung Muslim akan merasakan lapar dan haus yang dialami kaum dhuafa.

Nabi Muhammad sang Rasulullah Saw adalah teladan bagi Muslim, sebab dalam kehidupannya ia sangat merasakan degup penderitaan kaum fakir dan miskin.

Meski ia seorang pemimpin, bukan berarti hidupnya bermewah-mewahan. Ia bahkan pernah mengganjal perutnya dengan batu karena lapar dan tidak punya makanan untuk dimakan.

Dikisahkan, pada suatu malam Rasulullah Saw bersama para sahabat hendak melaksanakan Sholat Isya berjamaah. Namun para sahabat merasakan ada yang janggal dari diri Nabi Nabi Muhammad.

Para Sahabat yang menjadi makmum dalam mendengar suara aneh dari perut sang Rasul tersebut. Suara itu terdengar jelas ketika rukuk maupun sujud.

Seusai salam, para sahabat lalu saling pandang dan kebingungan saling mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Dalam kebingungan itu, lalu Umar bin Khatab memberanikan diri bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah Anda sedang sakit?”

“Tidak,” jawab Nabi. Tapi jawaban tersebut tidak membuat Umar puas. Ia pun melanjutkan pertanyaannya, “Tapi wahai Rasulullah, saat sholat tadi kami mendengar ada bunyi sendi yang saling bergesekan dari tubuhmu.”

“Tidak, aku tidak sedang sakit,” Nabi Muhammad Saw terus mengelak. Para sahabat yang masih belum yakin terus menanyakan pertanyaan serupa untuk memastikan keadaan Nabi Saw. Tetapi, jawaban Nabi tetap sama, ia terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.

Namun Nabi Muhammad Saw yang terdesak dengan pertanyaan para sahabat itu akhirnya mengatakan yang sebenarnya, yaitu bahwa dirinya lapar.

Betapa terkejut para sahabat saat melihat apa yang ada di perut Nabi Saw. Saat dibuka, dari balik bajunya terdapat batu-batu kecil yang digunakan untuk mengganjal perutnya yang sedang lapar.

“Wahai Rasulullah, untuk apakah engkau mengikat perutmu dengan batu?” tanya Umar.

“Aku lapar, dan aku tidak memiliki apa pun untuk dimakan,” jawab Nabi Saw.

Umar lalu berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana engkau memandang kami? Jika engkau kelaparan, tidak mungkin kami tak memberi makanan paling lezat untukmu.”

“Wahai Rasulullah, kami semua sahabatmu ini hidup dalam kemakmuran,” ujar sahabat kepada Nabi Muhammad lagi.

“Tidak wahai Umar, aku tahu kalian tidak hanya akan memberikan makanan lezat untukku, tapi juga harta bahkan nyawa kalian untukku, sebagai bukti rasa cinta. Tapi Umar, bagaimana nanti aku akan menghadap Allah, dan bagaimana caraku menyembunyikan malu, jika sebagai pemimpin aku membebani orang yang aku pimpin,” ucap Nabi Muhammad.

Ia lalu menambahkan, “Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah Allah untukku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini. Lebih-lebih lagi, tidak ada yang kelaparan di akhirat kelak.”

Begitulah pengorbanan yang ditunjukkan Rasulullah Saw untuk umatnya, sekaligus memberi keteladanan bahwa kesederhanaan dan sikap tidak bermewah-mewahan itu harus dilakukan, bahkan oleh seorang pemimpin sekalipun. Apalagi di tengah banyak umatnya yang masih merasakan kemiskinan dan penderitaan.

Sumber : okezone.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *