Kisah Nabi Muhammad Menerima Wahyu, Asal Mula Nuzulul Quran

  • Share

Saat genap berusia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW dipenuhi kegusaran. Rasulullah gelisah melihat sikap kaumnya yang semakin jahiliah–zaman kebodohan.

Dalam konsep Islam, jahiliah berarti masa di mana penduduk dalam ketidaktahuan, saat manusia bertindak tidak sesuai dengan ajaran agama.

Saat itulah awal mula Nabi Muhammad menerima wahyu pertama atau turunnya al-Qur’an untuk pertama kali yang dikenal dengan Nuzulul Quran.

Kegalauan hati ini membuat Muhammad senang menyendiri. Dia meninggalkan rumah menuju perbukitan. Muhammad lalu menyepi di Gua Hira.

Di sana, Rasulullah beribadah dan berdoa sesuai ajaran agama Ibrahim yang menyembah Allah SWT.

Pada suatu hari, tepatnya 17 Ramadan, bertepatan 6 Agustus 610 Masehi, datang malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama.

“اِقْرَأْ (Iqra’), bacalah!” kata malaikat itu.

“Aku tidak bisa membaca,” kata Rasulullah.

Dalam Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW karya Abu Hasal ‘Ali al-Hasani an-Nadwi, diceritakan malaikat lalu mendekap Muhammad hingga kepayahan. Perintah bacalah itu disampaikan sebanyak tiga kali.

Barulah setelah itu, Malaikat Jibril melepaskan Nabi Muhammad dan menyampaikan firman Allah.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya,” kata malaikat itu.

Wahyu pertama ini terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Wahyu pertama ini pula yang menjadi penanda turunnya al-Qur’an atau nuzulul quran, sekaligus hari pertama Muhammad diangkat sebagai nabi.

Setelah menerima wahyu itu, Rasulullah pulang ke rumah dengan ketakutan. Setibanya di rumah, Muhammad meminta sang istri, Khadijah untuk menyelimutinya.

“Selimuti aku! Selimuti aku! Aku sangat takut!” kata Rasulullah.

Khadijah dengan cepat melaksanakan permintaan itu dan bertanya mengapa Rasulullah terlihat sangat ketakutan. Khadijah lalu menenangkan Rasulullah. Dia sudah tahu bahwa Muhammad merupakan orang pilihan Allah yang akan diangkat menjadi Nabi.

Setelah itu, Nabi Muhammad tak lagi diberikan wahyu atau dikenal dengan masa fatrah. Baru setelah 40 hari, turun wahyu kedua.

“Hai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah,” kata malaikat kepada Muhammad. Wahyu kedua ini terdapat dalam surat Al-Muddassir ayat 1-7.

Wahyu kedua ini merupakan perintah kepada Nabi Muhammad untuk memulai dakwah menyiarkan agama Islam.

Khadijah menjadi orang pertama yang beriman kepada Allah. Ali bin Abi Thalub, Zaid bin Haritsah, dan Abu Bakar bin Abu Quhafah juga menjadi orang yang pertama-tama masuk Islam.

Sejak saat ini al-Qur’an turun secara bertahap di Makkah yang dikenal dengan ayat Makkiyah dan setelah Rasulullah hijrah ke Madinah yang dikenal dengan ayat Madaniyah.

Hingga wahyu yang terakhir turun adalah surat Al-Maidah ayat 3 saat Nabi Muhammad melakukan haji wada atau haji terakhir di Padang Arafah. Wahyu-wahyu itu kemudian disusun menjadi Al-quran yang dijaga oleh Allah.

Dari kisah wahyu pertama dan nuzulul quran ini dapat dipetik sejumlah hikmah dan pelajaran.

Pertama, Allah meminta umatnya untuk membaca karena membaca merupakan sumber ilmu pengetahuan.

“Kata Iqra’ mengandung perintah untuk membaca yang merupakan jendela pengetahuan,” kata Muhammad Chirzin dalam Tafsif Al-Fatihah dan Juz ‘Amma.

Dari wahyu pertama ini pula diketahui semua sumber ilmu pengetahuan berasal dari Allah Yang Maha Pandai.

Sumber: cnnindonesia.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *