Sosok Gus Baha Hafalkan Al Quran 30 Juz Hanya 6 Bulan Saja, Pernah saat Ujian Kertas Jawaban Kosong

  • Share

Waktu ada partai PPP dan PKB, Gus Baha mengajak Gus Syafi membahas agar jangan sampai para santri fanatik.

Dulu Gus Baha suka menggoda santri yang manaqiban. Mereka disenggol kepalanya sambil berkata, “Moco ra ngerti karepe (baca kok tidak paham isinya).”

Hukum Ngaji Secara Online

Kita ketahui, Pengajian KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha sudah banyak tersebar di sosial media Whatsapp, Facebook, Twitter, Youtube, Google, dan radio.

Bahkan di YouTube saat ini banyak ditemukan video pengajian dari para ulama, termasuk materi pengajian dari KH Ahmad Baha’uddin Nursalim, atau yang lebih akrab disapa Gus Baha.

Menurut santri kesayangan KH Maimoen Zubair ini bahwa mengaji secara online atau secara virtual tidak menjadi persoalan, ngaji secara langsung atau bertemu secara langsung sama baiknya.

“Kebaikan itu pasti sudah benar. Jadi mau ketemu langsung maupun tidak secara sanad itu sudah cukup. Ada beberapa kebenaran yang sangat rumit yang butuh penjelasan lebih mendetail. Nah, itu yang harus ketemu langsung,” ujar Gus Baha.

Tapi kalau yang kebenaran-kebenaran bersifat umum kata Gus Baha, itu tidak perlu bertemu secara langsung, karena kebenaran itu bahasa lainnya al-ma’ruf.

“sesuatu yang mudah dikenali oleh akal, oleh nurani, oleh komunitas, oleh sistem sosial. Sementara mungkar itu sesuatu yang aneh. Andaikan tidak ada agama pun, orang akan bilang, selingkuh itu mungkar,” jelasnya.

Oleh karena itu, papar Gus Baha, kebaikan-kebaikan yang dilakukan manusia seperti itu tidak membutuhkan sanad karena setiap orang pasti sudah tahu.

“Kan nggak mungkin kalau orang waras bilang, ini ada minuman, kalau kamu minum hilang kesadaran. Minuman ini halal. Itu aneh nggak? Aneh, kan?,” kata Gus Baha.

“Itu aneh nggak? Aneh, kan?”

Kemudian ada kebenaran-kebenaran yang butuh detail imbuh Gus Baha, seperti wali nikah.

“Wali nikah itu bapaknya dan mbahnya, misalnya.Nah, kalimat dan mbahnya ini salah kalau dalam fiqih Islam, karena mbah dalam bahasa Jawa itu bisa mbah dari ibu.

Sementara, otoritas dalam Islam tidak memberikan hak ke mbah dari ibu.

Jadi wali nikah adalah kakek dari pihak ayah, bukan sekadar mbah. Jadi saran saya, agar kita itu tidak mengambil kesimpulan dari pernyataan ulama secara terburu-buru,” imbuhnya.

Kita ketahui, keistimewaan Gus Baha mengaji tafsir Alquran pada kutipan ayat-ayat tanpa membaca. Artinya beliau hafal dan paham maknanya.

Hanya kiai ‘alim yang berani berceramah di depan ribuan orang tanpa teks dan menafsirkan ayat seketika itu juga berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.

Artinya perspektif keilmuan dan basis informasi pengetahuan terhadap sebuah materi bahasan sudah dikuasainya.

Artikel asli : tribunnews.com

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *