Kembali ke pertanyaan di atas, terkait penjelasan sains tersebut juga muncul beberapa ramalan yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial, yakni ramalan terjadinya “Dukhan” di tahun ini. Ketertarikan masyarakat muslim terhadap informasi tersebut tentu tak terhindarkan. Bagaimana tidak, konten yang tersebar luas di media sosial, terutama Youtube, tidak hanya mengandalkan kekuatan visual belaka seterusnya ada sisi keingintahuan yang kuat di kalangan muslim atas kiamat yang pasti akan terjadi.
Dua hal tersebut kemudian dikapitalisasi secara baik oleh beberapa ustadz untuk menjadi bahan ceramah dan tersebar luas di media sosial. Nama-nama seperti Rahmat Baequni dan Zulkifli M. Ali adalah pendakwah yang mengambil fokus pada tema-tema akhir zaman atau kiamat. Mereka berdua memiliki cukup banyak follower yang mengonsumsi konten-konten ceramah dan biasanya tidak sedikit yang turut membagikannya ke berbagai platform media sosial lainnya, termasuk beberapa influencer yang cukup aktif mengedit dan mengunggah ulang beberapa konten mereka.
Isu “Dukhan” akhir-akhir ini mendapat perhatian yang cukup massif, selain dari isu pandemi, dari warganet. Mungkin tidak saja karena konten tersebut mengandung informasi tentang proses terjadinya kiamat, tapi poin kejadian “Dukhan” yang akan terjadi di pertengahan bulan Ramadan akan datang. Berbagai argumen dibangun untuk mengonfirmasi kejadian tersebut akan benar-benar terjadi tidak lama lagi.
“Dukhan” yang cukup ramai diperbincangkan di antaranya bersumber dari ceramah Ustadz Zulkifli M. Ali dalam kanal Youtubenya yang “meramalkan” atau memprediksi kejadian tersebut, akan datang di pertengahan bulan Ramadan atau 15 Ramadan ini. Pernyataan tersebut dia sandarkan pada hadis, yang belakangan disebutnya memiliki kekuatan lemah dalam ukuran ilmu hadis, yang menyebutkan bahwa “Dukhan” sebagai salah satu tanda kiamat akan terjadi di Ramadan tahun ini.
Selanjutnya ia memberitahukan beberapa kiat-kiat yang harus dijalani oleh umat Islam, tidak saja berupa ritual ibadah tapi juga ada ikhtiar materi seperti mempersiapkan bahan makanan dan tempat persembunyian. Namun, dia menutup kalaupun prediksinya tersebut tidak terbukti, maka umat Islam harus bersyukur karena masih diberikan waktu untuk ibadah oleh Allah. Tidak hanya satu konten tapi ada beberapa video yang terkait dengan isu yang sama dan selalu diserbu netizen hingga di angka hingga puluhan ribu.
Proyeksi proses “Dukhan” yang terjadi di pertengahan bulan Ramadan yang lain, disampaikan oleh ustadz Ihsan Tanjung yang memiliki prediksi yang berbeda dengan sandaran pada sebuah kitab yang ditulis oleh Syekh Mubayyad. Dalam kitab tersebut, menurut informasi yang disampaikan oleh ustadz Ihsan Tanjung, tidak saja dipaparkan sepuluh kejadian besar yang menjadi tanda kiamat, tapi juga menyusunnya secara periodik. Ceramah ustad Ihsan Tanjung tersebut baru saja diunggah ke channel Youtube bernama “Menggapai Hidayah” pada 8 April 2020 yang lalu.
Jika kita mengonsumsi konten “Dukhan” tentu bisa menjadi stimulus dalam diri, baik positif atau negatif, karena tidak saja mengaduk rasa penasaran saja, tapi keingintahuan, keberimanan hingga efek psikologis bernama efek Barnum dalam diri seorang muslim. Dalam ilmu psikologi dikenal sebuah fenomena mempercayai atau mencari bukti kebenaran ramalan mirip dengan apa yang disebut sebagai Efek Forer atau Efek Barnum: fenomena psikologis ketika seseorang menganggap akurat informasi tentang diri mereka sendiri.
Seorang yang terkena efek Barnum percaya bahwa informasi itu khusus untuk diri sendiri, padahal itu adalah hal umum dan sangat mungkin cocok bagi orang lain. Akibatnya, orang tersebut mempercayai ramalan horoskop, paranormal dan sejenis yang dianggap akurat. Dengan efek ini pula, orang cenderung mengingat prediksi atau ramalan yang dirasa dapat ditasfirkan sebagai kebenaran di peristiwa masa kini. Dampak positif dari efek Barnum adalah bisa menjadi semangat atau motivasi untuk melakukan suatu hal yang lebih baik lagi, tapi juga memiliki dampak negatif yang cukup membahayakan, di mana jika seseorang terkena efek tersebut maka rentan bisa membatasi interaksi diri terhadap dunia luar, dan dalam titik tertentu bisa menularkan histeria massa.
Alangkah kita sebaiknya merenungi apa yang ditulis Fakhruddin Ar-Razi dalam kitab Mafatih al-Ghaib bahwa di antara hikmah tidak diketahuinya waktu terjadinya kiamat adalah agar setiap muslim tetap beribadah dan mencegah diri dari perbuatan maksiat tanpa harus mengetahui kapan terjadinya kiamat. Imam al-Razi seakan menegaskan ramalan kiamat, termasuk Dukhan, bukan alasan mempersiapkan diri, termasuk beribadah, untuk menghadapi kiamat, tapi berbuat baik dan menjalankan ibadah ritual tidak berhenti hingga kapanpun.
Sumber : islami.co
Responses (3)