Wahai perempuan, keperawanan cuma satu mbok ya dijaga. Jangan diobral, apalagi diklelerno gratis. Nyahnyoh, nyahnyoh. Yakin deh, sekali terpakai, seluruh harga dirimu bisa ilang.
Usia anak Karin, 27, masih tujuh bulan ketika dia mengurus gugatan cerainya. Dia nekat bercerai karena dikhianati Donwori, 34. Yang saat itu sudah lupa jalan pulang. Menetap di rumah cabe-cabean barunya.
Karin mengatakan, pernikahan singkatnya dengan Donwori tak pernah sekalipun bahagia. Dia kerap disakiti, baik secara verbal maupun fisik. Bahkan saat hamil pun dia jadi bulan-bulanan. Didorong sampai jatuh pun pernah. Untung tak sampai keguguran.
Karin sendiri awalnya kaget dengan sikap kasar suaminya. Pasalnya, di awal-awal pernikahan, Donwori tak ubahnya pengantin baru yang mesra, cenderung manja. Apalagi pas pacaran, sikapnya sudah seperti es krim yang dijemur sebentar. Bikin hati leleh.
Namun semuanya berubah seketika satu bulan setelah menikah. Usut punya usut, Donwori belum siap untuk jadi kepala rumah tangga. Sementara saat itu, Donwori didesak menikah lantaran Karin sudah hamil duluan. Yang terjadi adalah saat mereka kumpul kebo, kondomnya sobek.
“Dia tipikal orang sing gak gelem disalahno. Lek gak dia sing hamili yo opo iso aku hamil. Opo aku meteng iki kerono tak sebul terus mblendung dewe,” curhat Karin, kesal, di kantor pengacara dekat Pengadilan Agama (PA) Klas 1A Surabaya, belum lama ini.
Meski disakiti, Karin memilih mengalah. Dia tidak mau ikut tersambar emosi. Saat itu dia masih eman dengan pernikahannya. Dia berusaha menenangkan diri dengan berpikir, “Gak apa, paling masih masa penyesuaian.”
Namun ditahan dan ditahan, perangai buruk Donwori tetap tak kunjung berubah. Dia malah makin memandang remeh Karin. Kalau tidak mengolok-ngolok tubuh Karin yang berubah jelek, ya mbuli keluarga istrinya. Bahkan, Donwori juga membawa-bawa masa lalu. Menyinggung Karin yang sudah tak perawan sebelum sama Donwori.
“Masa laluku sering diungkit-ungkit. Katanya, aku perempuan murahan. Kayak aku gak perlu dihargai. Dan keperawananku diungkit-ungkit. Padahal saat pacaran sudah biasa booking hotel sama aku bolak-balik. Tapi waktu itu gak komplain,” keluhnya panjang lebar.
“Padahal aku tahu kok, sebelum sama aku, Donwori juga sudah tidak perjaka. Saking ae karena laki-laki gak kelihatan,” tambah Karin, makin kesal.
Setelah puluhan kali menyakiti dan merendahkan, lama-lama Donwori makin jarang pulang. Tak jarang Karin menelepon suaminya itu. Namun selalu suara perempuan yang dia dengar dari seberang. Dan tanpa sedikit pun upaya dari Donwori untuk klarifikasi atau berbohong. Dia selingkuh, tidak sembunyi-sembunyi dan cuek.
“Itu kejadian sebelum lahiran. Oh ya pas lahiran pun, Donwori gak nemeni saya. Saat aku kesakitan rasanya mau mati, hatiku ya kesakitan,” terangnya.
“Maka dari itu, setelah anakku lahir, aku langsung menangis ke bapak ibuk minta diceraikan. Mertuaku sempat melarang, karena malu. Tapi mereka gak ada usaha. Apa nggoleki anake cek muleh ya enggak,” lanjutnya.
Karena tak mau menyandang status setengah-setengah, janda bukan, istri tapi tak ada suami, maka Karin nekat cerai.
Sumber : jawapos.com