“Masa laluku sering diungkit-ungkit. Katanya, aku perempuan murahan. Kayak aku gak perlu dihargai. Dan keperawananku diungkit-ungkit. Padahal saat pacaran sudah biasa booking hotel sama aku bolak-balik. Tapi waktu itu gak komplain,” keluhnya panjang lebar.
“Padahal aku tahu kok, sebelum sama aku, Donwori juga sudah tidak perjaka. Saking ae karena laki-laki gak kelihatan,” tambah Karin, makin kesal.
Setelah puluhan kali menyakiti dan merendahkan, lama-lama Donwori makin jarang pulang. Tak jarang Karin menelepon suaminya itu. Namun selalu suara perempuan yang dia dengar dari seberang. Dan tanpa sedikit pun upaya dari Donwori untuk klarifikasi atau berbohong. Dia selingkuh, tidak sembunyi-sembunyi dan cuek.
“Itu kejadian sebelum lahiran. Oh ya pas lahiran pun, Donwori gak nemeni saya. Saat aku kesakitan rasanya mau mati, hatiku ya kesakitan,” terangnya.
“Maka dari itu, setelah anakku lahir, aku langsung menangis ke bapak ibuk minta diceraikan. Mertuaku sempat melarang, karena malu. Tapi mereka gak ada usaha. Apa nggoleki anake cek muleh ya enggak,” lanjutnya.
Karena tak mau menyandang status setengah-setengah, janda bukan, istri tapi tak ada suami, maka Karin nekat cerai.
Sumber : jawapos.com